Hujan Terus Turun, Kali Lamong Masih Siaga Merah
GRESIK, Jawa Pos – Banjir luapan Kali Lamong di wilayah hulu Kecamatan Benjeng dan Balongpanggang kemarin (29/12) sudah berangsur-angsur surut. Namun, seperti sebelum-sebelumnya, luapan air itu giliran menyasar Kecamatan Cerme dan Menganti. Sejumlah desa dan jalan di wilayah itu pun banjir.
Sehari sebelumnya, ada tujuh desa di Balongpanggang yang terendam. Kemarin genangan sudah nihil. Demikian juga di Benjeng. Namun, air masih menggenangi area persawahan di beberapa desa. Di antaranya, di Deliksumber sekitar 20 hektare sawah tergenang. Lalu, di Desa Sirnoboyo ada 37 hektare sawah yang terendam.
Setelah banjir surut, di beberapa lokasi, warga tampak bergotong royong membersihkan fasilitas umum, lembaga pendidikan, dan tempat ibadah. Maklum, air luapan Kali Lamong berlumpur. Karena itu, sisa genangannya selalu meninggalkan bekas. Beberapa elemen masyarakat juga tetap membuka posko bantuan dan dapur umum.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Gresik Tarso Sugito mengatakan, untuk wilayah Balongpanggang dan Benjeng, memang genangan mulai surut. Praktis sudah tidak ada lagi rumah warga yang tergenang. Namun, seperti biasanya, air berpindah ke wilayah Cerme dan Menganti.
Di Jalan Morowudi, misalnya, ketinggian air masih mencapai 50 sentimeter. Lalu, di Desa Dadapkuning yang berlokasi di sisi barat Morowudi, sejumlah rumah warga masih tergenang dengan ketinggian air 30 sentimeter.
Begitu pula di Perumahan Prisma Land, Desa Guranganyar, Cerme. Sebanyak 270 rumah di kompleks perumahan itu untuk kali kesekian terendam dengan ketinggian air 1 meter. Warga perumahan memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman. Setiap Kali Lamong meluap, perumahan tersebut memang menjadi korban.
BPBD pun kembali mengingatkan warga agar tetap waspada terhadap luapan Kali Lamong. Terlebih, dalam beberapa hari terakhir, hujan deras terus mengguyur Kota Pudak setiap petang. ’’Status Kali Lamong masih siaga merah,” ungkapnya.
Sementara itu, banjir Kali
Lamong pada Senin lalu (28/12) akhirnya menghanyutkan Jembatan Klampok, Benjeng. Karena itu, warga setempat membuat portal sederhana untuk menutup separo jalan agar tidak dilalui kendaraan. Maklum, aspal di sebagian badan jalan tergerus. Kalau ada tekanan dari kendaraan berat yang melintas, jembatan bisa sewaktu-waktu ambrol.