Jawa Pos

Harga Cabai-Sayur Kompak Naik

Permintaan Tinggi, Pasokan Tak Bagus

-

SURABAYA, Jawa Pos – Harga sayur dan komoditas lain di beberapa pasar tradisiona­l melambung sepekan belakangan. Permintaan naik dan faktor cuaca mengakibat­kan harga bahan pangan yang seharusnya terjangkau itu menjadi tinggi.

Kenaikan harga terjadi di hampir semua jenis komoditas. Terutama cabai rawit yang kenaikanny­a dua kali lipat dari harga normal. Misalnya, di Pasar Wonokromo, pedagang menjual cabai Rp 54 ribu per kilogram.

”Harga naik sejak semingguan ini,” ucap Munawaroh, pedagang sayur di Pasar Wonokromo, kemarin (29/12). Dua hari sebelumnya, harga cabai bahkan melambung hingga Rp 60 ribu per kilogram. Padahal, biasanya ratarata cabai dibanderol Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu per kilogram.

Selain cabai, kenaikan harga hingga dua kali lipat terjadi pada kubis. Yang semula Rp 6 ribu per kilogram, kemarin harganya melambung hingga Rp 16 ribu. Selada juga serupa. Dari semula Rp 20 ribu menjadi Rp 30 ribu per kilogram.

Munawaroh mengatakan, kenaikan harga tersebut bukan disebabkan dirinya yang mau mencari-cari kesempatan pada malam akhir tahun. Melainkan, harga dari pengepul memang sudah naik. ”Faktor lain, banyak sayur yang jelek saat hendak dijual,” terangnya. Kondisi itu membuat dia harus menyortir sayur. Dari pengepul, dia membeli 5 kilogram. Tapi, ketika dijual, bisa tinggal 4 kilogram.

”Yang jelek saya buang,” katanya. Kondisi itu membuat Munawaroh menaikkan harga agar dirinya tak rugi. Sortir barang itu dilakukan agar pembeli di lapaknya tetap percaya bahwa Munawaroh menjual sayur dalam kondisi bagus dan fresh. Meski harga naik, Munawaroh membenarka­n bahwa seminggu belakangan jumlah pembeli di lapaknya meningkat. Sebab, kebutuhan memasak pada masa libur Natal dan tahun baru sangat tinggi.

Di Pasar Keputran, harga sayur juga naik. Bahkan, kenaikanny­a terjadi sejak dua pekan lalu. Faktor cuaca memengaruh­i produksi para petani. Akibatnya, mereka menaikkan harga karena banyak sayur yang kualitasny­a buruk.

Misalnya, yang diungkapka­n Ashari, pedagang di Pasar Keputran. Dia menyebutka­n, harga di tingkat pasar induk untuk cabai rawit mencapai Rp 44 ribu per kilogram. Harga tersebut jelas naik lebih tinggi di tingkat pengecer.

”Kubis dan selada juga naik,” jelasnya. Kubis Rp 13 ribu, sedangkan selada mencapai Rp 25 ribu per kilogram. Sebagai pedagang, Ashari tak bisa berbuat banyak. Dia hanya menyesuaik­an dengan harga jual yang ditetapkan petani. Jika barang produsen naik, pedagang pasti ikut menaikkan.

Ditanya soal permintaan barang, Ashari menyebut sejak pandemi, kapasitas penjualan di Keputran memang turun. Sebelum pandemi, dia bisa kulak satu pikap penuh sayur-mayur. Tapi, sejak pandemi dan Pasar Keputran sempat ditutup selama sepekan, kini daganganny­a hanya separo pikap.

Penjualan di Pasar Keputran menurun karena pembelinya tak hanya di tingkat pengecer. Tapi, juga restoran dan hotel yang membutuhka­n pasokan sayur segar. Pada masa pandemi, dua tempat itu sepi pengunjung. Otomatis permintaan berkurang.

 ?? ANGGER BONDAN/JAWA POS ?? HARGA SEDANG NAIK: Pedagang pasar berbincang dengan pembeli sayuran. Sepekan terakhir, hargaharga komoditas di pasar tradisiona­l terus melambung.
ANGGER BONDAN/JAWA POS HARGA SEDANG NAIK: Pedagang pasar berbincang dengan pembeli sayuran. Sepekan terakhir, hargaharga komoditas di pasar tradisiona­l terus melambung.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia