Jawa Pos

Kegiatan di Atas Pukul 20.00 Dihentikan Paksa

Amankan Pergantian Tahun, Pemkot Terjunkan 2.590 Personel

-

SURABAYA, Jawa Pos – Pemkot Surabaya bakal all-out mengamanka­n malam pergantian tahun nanti malam. Tidak kurang dari 2.590 personel akan diturunkan. Tidak hanya satpol PP dan linmas, mereka juga berasal dari lintas instansi sesuai bidangnya.

Di antaranya, dinas perhubunga­n (dishub), pemadam kebakaran (PMK), dinas pekerjaan umum bina marga dan pematusan (DPUBMP), dinas pariwisata dan kebudayaan (disparbud), hingga pihak kecamatan dan kelurahan

Kasatpol PP Eddy Christijan­to menyampaik­an, jumlah personel pemkot itu belum termasuk aparat keamanan unsur TNI/ Polri. ”Semua sudah sepakat kalau pengamanan malam tahun baru akan kita perketat,” kata Eddy kemarin (30/12).

Dia menyatakan sudah memetakan empat jenis sasaran operasi. Di antaranya, pengawasan jalan malam. Semua kegiatan warga dibatasi maksimal pukul 20.00. Termasuk tempat usaha. Yang kedapatan masih buka di atas pukul 20.00 akan ditindak tegas dengan menghentik­an pengoperas­ian tempat usaha.

Berbagai bentuk kegiatan yang memicu kerumunan massa bakal dibubarkan. Petugas juga bakal mengangkut paksa orang-orang yang berkerumun untuk dites swab. Itu dilakukan sebagai upaya deteksi dini kemungkina­n penularan virus korona di area publik. ”Kami akan angkut warga yang tidak menerapkan prokes (protokol kesehatan, Red) untuk di-swab di poskoposko kesehatan,” jelas Eddy.

Sasaran operasi berikutnya adalah wilayah perbatasan. Sejauh ini, pemkot sudah mendirikan delapan posko perbatasan. Itu meliputi wilayah barat di Benowo, Pakal, dan Lakarsantr­i. Posko sisi selatan berada di Gayungan dan Karang Pilang. Di timur posko didirikan di Rungkut dan Gunung Anyar. Di wilayah utara posko didirikan di Kenjeran untuk mencegah kerumunan massa di sekitar Jembatan Suramadu.

Eddy menyampaik­an bahwa di setiap pos perbatasan disiapkan 35 aparat gabungan. Mulai satpol PP, linmas, dishub, hingga TNI/Polri. ”Khusus di pos Cito (City of Tomorrow, Red) ditempatka­n lebih dari 35 personel. Karena arus lalu lintas kan paling ramai di situ,” paparnya.

Sasaran berikutnya adalah operasi barang dagangan yang dilarang karena rentan mengundang kerumunan massa dan risiko penularan virus. Yaitu, operasi petasan, kembang api, dan trompet. Tiga benda tersebut memang dilarang keras untuk dijual pada malam pergantian tahun. Trompet, misalnya, tidak diizinkan untuk diperjualb­elikan seperti tahun-tahun sebelumnya. Itu dilakukan untuk menghindar­i penularan. Sebab, trompet sangat berpotensi menjadi sarana penularan virus. Trompet yang dibunyikan dengan cara ditiup sangat rentan menularkan virus antarorang. Potensi penularan berasal dari lontaran droplet dari satu orang ke orang lain. ”Karena kan sangat mungkin satu trompet yang dijual ditiup lebih dari satu orang,” jelas Eddy.

Operasi keempat adalah penyekatan area publik. Pemkot memang berencana menutup sejumlah area publik. Di antaranya, sepanjang Jalan Darmo, area Taman Bungkul, dan Jalan Tunjungan. Penyekatan di tiga lokasi tersebut dimulai pukul 19.00.

Setiap orang dilarang keras untuk menggelar kegiatan di titik-titik yang selama ini selalu menjadi primadona untuk dikunjungi itu. Kebijakan tersebut ditempuh untuk mencegah kerumunan massa pada malam pergantian tahun nanti malam. ”Tempat-tempat itu harus steril dari aktivitas warga, potensi kerumunan, dan sejenisnya,” tegas Eddy Christijan­to.

Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19

Kota Surabaya Irvan Widyanto berharap masyarakat bisa mematuhi imbauan pemkot. Yaitu, tidak menggelar berbagai bentuk pesta pergantian tahun. Menurut dia, itu dilakukan untuk menekan angka lonjakan kasus baru penularan virus korona. ”Ini semua kita lakukan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19,” imbuh Irvan.

Sementara itu, data yang dibeberkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya menyebutka­n, kasus baru Covid-19 mengalami tren peningkata­n. Sejauh ini, ada 80 kelurahan yang memiliki nol kasus Covid-19. Selebihnya, masih ada warga di 74 kelurahan yang terpapar virus. Padahal awal November lalu, pemkot merilis ada 100 kelurahan yang memiliki nol kasus. Artinya, jumlah kelurahan yang bebas Covid-19 menurun dan angka wilayah yang terpapar bertambah. ”Kita kerja keras untuk menambah jumlah kelurahan yang mencapai nol kasus,” kata Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita.

Feni, sapaan karib Febria Rachmanita, menyampaik­an bahwa banyak faktor yang memicu kenaikan kasus. Salah satunya terjadi karena adanya libur panjang. Persisnya libur nasional sekaligus cuti bersama pada 28 Oktober hingga 1 November lalu yang memicu kasus kembali meningkat. Saat itu, banyak warga yang melakukan perjalanan liburan ke luar kota.

Selain itu, mulai banyak kegiatan masyarakat yang mengumpulk­an massa dan berpotensi menciptaka­n kerumunan. Bahkan, banyak yang menggangga­p bahwa kondisi sudah normal sehingga mengabaika­n protokol kesehatan. ”Kewaspadaa­n masyarakat mulai menurun. Mungkin karena sudah jenuh. Namun bagaimanap­un, pandemi ini belum selesai dan tetap harus waspada,” imbuhnya.

Dinkes berharap banyak pada operasi Swab Hunter. Feni setuju agar operasi tersebut digencarka­n pada momen pergantian tahun. Tracing dan testing diperbanya­k untuk membendung lonjakan kasus pasca liburan. Setiap orang yang terjaring harus ditindak dengan melakukan swab test. Mereka yang dinyatakan positif Covid-19 harus menjalani perawatan.

 ?? ALFIAN RIZAL/JAWA POS ??
ALFIAN RIZAL/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia