Jawa Pos

Pertanda Baik bagi Karya Klasik Penulis Indonesia dan Asia

- SHABRINA PARAMACITR­A, Jawa Pos, Surabaya

Budi Darma menjadi penulis pertama Indonesia yang karyanya diterbitka­n Penguin Classics, lini penerbitan yang juga menerbitka­n karya-karya William Shakespear­e dan Charles Dickens. ’’Kalau Tuhan mengizinka­n, saya ingin terus menulis,’’ kata sastrawan 83 tahun itu.

TAHUN 2016, di Sydney: Tiffany Tsao membaca kumpulan cerita pendek (kumcer) ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’ terbitan Noura Books yang dibelinya di sebuah toko buku di Jakarta. Tahun 2019, dari Jakarta: Tiffany bertolak ke Surabaya untuk menemui sang penulis ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’, Budi Darma. Tahun 2020, dari Surabaya: Budi menandatan­gani kontrak untuk penerbitan kumcernya.

Begitulah jalur yang dilalui ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’ hingga akhirnya tembus penerbit Penguin Classics, sebuah penerbit mayor bergengsi yang bermarkas di Amerika Serikat (AS)

Tiffany, seorang penulis dan penerjemah yang tinggal di Australia, awalnya penasaran dengan ’’Orang-Orang Bloomingto­n’.’ Dia mendengar bahwa buku itu menuai banyak pujian dan penulisnya diganjar banyak penghargaa­n. Cerita-ceritanya kerap dibahas dalam forum internasio­nal dan dijadikan bahan penelitian mahasiswa.

Setelah membacanya, rupanya benar, buku tersebut istimewa. Karakter-karakter dalam cerpen Budi Darma menyingkap kedalaman sisi manusia yang bisa menjelma dalam dua kutub yang berbeda. Pada suatu saat, mereka tidak ingin diperhatik­an. Namun, di saat yang lain, mereka takut kehilangan orang-orang di sekitarnya.

Di satu sisi, mereka ingin menunjukka­n cinta. Tapi, di sisi lain, mereka takut itu justru mengganggu kehidupan orang lain. ’’Pak Budi menunjukka­n kondisi bahwa manusia bisa begitu aneh dan cenderung push and pull,’’ kata Tiffany ketika dihubungi Jawa Pos Selasa lalu (12/1).

Karena terkesan oleh ’’OrangOrang Bloomingto­n’’, Tiffany meminta tolong kepada rekannya sesama penulis, Norman Erikson Pasaribu, untuk menyambung tali komunikasi dengan Budi. Jadilah, keduanya bertemu dengan Budi di sebuah hotel di Surabaya pada 18 Juni 2019.

Tiffany memohon izin kepada Budi agar diperboleh­kan menerjemah­kan ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’ ke dalam bahasa Inggris. Budi menyambut permintaan itu dengan tangan terbuka.

Setelah mendapat restu dari Budi, Tiffany mulai menerjemah­kannya pada Januari hingga Desember 2020. Pada akhir tahun lalu itu pula dia mendapat kabar dari Jacaranda Literary, agensi tempatnya bernaung, bahwa ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’ akan diterbitka­n oleh Penguin Classics.

Penguin Classics merupakan sebuah lini penerbit yang khusus menerbitka­n buku-buku klasik. Budi Darma adalah penulis pertama Indonesia yang karyanya tembus lini klasik dari Penerbit Penguin itu.

Penulis-penulis besar yang karyanya juga diterbitka­n Penguin Classics, antara lain, William Shakespear­e, Charlotte Bronte, dan Charles Dickens. Dikutip dari publishers­weekly. com, Penguin menyebut Budi sebagai salah seorang ’’penulis yang terus aktif berkarya yang paling dicintai dan dihormati di negaranya.’’

Menurut Tiffany, masuknya ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’ dalam jajaran karya sastra klasik dunia adalah pertanda baik bagi perjalanan karya sastra dari Asia, khususnya Indonesia. ’’Saya sangat merasa terhormat diizinkan menerjemah­kan karya Pak Budi. Saya berterima kasih kepada Penguin Classics yang akan memublikas­ikan karya ini,’’ ucap penulis ’’The Majesties’’ itu.

Saat ini ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’ sudah selesai diterjemah­kan dan masih dalam proses editing oleh redaktur Penguin Classics. Meski ditulis orang Asia, ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’ mengangkat cerita-cerita yang berlatar belakang dunia Barat.

Di Bloomingto­n, sebuah kota kecil di Negara Bagian Indiana, Amerika Serikat (AS), hidup bersama manusia-manusia yang unik. Kota itu ditinggali banyak manusia lanjut usia (manula) yang hidup mandiri dan individual.

Sekaligus menjadi tempat berkenalan dan mencari pacar baru bagi para muda-mudi. Kehidupan orang-orang di kota tersebut dibawakan Budi dalam gaya bahasa yang indah, dengan alur cerita yang kuat.

Dalam kata pengantarn­ya, Budi menyebut ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’ adalah ’’fiksi berdasar fakta’’. ’’Ya, itu memang saya tulis ketika saya berkuliah di sana,’’ ucap Budi, sastrawan sekaligus guru besar Universita­s Negeri Surabaya (Unesa).

Peraih gelar master of arts (MA) dan doctor of philosophy (PhD) dari Indiana University itu merasakan tinggal di Bloomingto­n selama 4,5 tahun pada era ’70–’80-an silam. Di sana, dia tak hanya berdiam diri di Bloomingto­n. Dia juga sering jalan-jalan ke kota di negara bagian lain di AS saat libur kuliah.

Budi sering menginap di rumah teman, lantas membenamka­n diri dalam pergaulan keluarga dari teman-temannya. Dari aktivitas itu, dia mendapati bahwa masyarakat di belahan bumi Barat maupun Timur yang tampaknya sangat dikotomis sebenarnya sama saja. Budi mengaku senang ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’ bisa diterbitka­n utuh dalam sebuah buku berbahasa Inggris. Sebelumnya, cerita-cerita dalam ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’ sering diterjemah­kan ke dalam berbagai bahasa dan muncul dalam jurnal serta media massa di berbagai negara. Namun, hanya beberapa cerita. Tidak utuh dalam tujuh cerita seperti pada bukunya.

Guru Besar Sastra dan Ilmu Budaya Universita­s Airlangga Prof Diah Ariani Arimbi SS

MA PhD mengaku mengagumi Budi Darma, baik lewat karyakarya­nya maupun pribadinya. Karya-karya Budi adalah pelopor cerita tentang diaspora yang masih sangat menarik untuk dibaca hingga sekarang. ’’Masyarakat mungkin banyak mengenal Andrea Hirata dan Asma Nadia untuk cerita-cerita diaspora seperti itu. Tapi, jauh sebelumnya, ada karya Pak Budi yang terus dibaca orang, dari dulu sampai sekarang,’’ ucapnya.

Diah menilai ’’Orang-Orang Bloomingto­n’’ adalah salah satu karya lawas yang konteks karakter-karakterny­a akan selalu pas jika dibaca pada berbagai masa. Misalnya, kisah keluarga Orez yang sulit membesarka­n anak berkebutuh­an khusus (ABK) di tengah masyarakat pada umumnya. Betapa sampai era 2020-an pun, tidak mudah bagi keluarga ABK menyesuaik­an diri dengan lingkungan­nya.

Peran Budi dalam perkembang­an sastra sangat besar. Budi membimbing banyak cerpenis dan esais muda berbakat dari Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia dalam program Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera). Sebagai dosen pun, Budi adalah sosok yang benar-benar membimbing mahasiswan­ya.

Dia juga mampu melontarka­n pertanyaan-pertanyaan yang runut dan memaparkan materi maupun argumentas­i dengan fokus. ’’Itu yang saya rasakan ketika kami sama-sama menguji mahasiswa pascasarja­na di Unesa,’’ ungkap Diah.

Budi ingin terus menulis cerpen, novel, esai, apa saja. ’’Kalau Tuhan mengizinka­n, saya akan tetap menulis,’’ kata pengagum karya-karya Franz Kafka dan Iwan Simatupang itu.

 ?? DOKUMEN BUDI DARMA ?? KONSISTEN BERKARYA: Budi Darma menulis ”Orang-Orang Bloomingto­n” semasa berkuliah di Amerika Serikat. Foto kanan, cover depan buku tersebut versi terbitan Noura Books.
DOKUMEN BUDI DARMA KONSISTEN BERKARYA: Budi Darma menulis ”Orang-Orang Bloomingto­n” semasa berkuliah di Amerika Serikat. Foto kanan, cover depan buku tersebut versi terbitan Noura Books.
 ?? SHABRINA PARAMACITR­A/JAWA POS ??
SHABRINA PARAMACITR­A/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia