Bangunan Cagar Budaya Jalan Darmo Bisa Jadi Ikon Baru
SURABAYA, Jawa Pos – Surabaya memiliki banyak tempat bersejarah. Beberapa di antaranya sudah ditata pemkot. Salah satunya di kawasan Tunjungan. Namun, masih banyak lokasi lain yang memiliki nilai sejarah tinggi. Bahkan, jika ditata dengan baik, kawasan tersebut bisa menjadi potensi ikon baru. Dengan syarat, penataannya sesuai dengan kajian sejarah.
Beberapa kawasan sejarah yang telah ditata pemkot adalah Jalan Panggung, KyaKya, dan Tunjungan. Selain mengembalikan memori kolektif di tengah perubahan zaman, kawasan tersebut mampu menjadi simbol baru di Kota Surabaya. Tujuannya, bisa menarik masyarakat untuk berkunjung.
Ketua Surabaya Heritage Society Freddy H. Istanto mengatakan bahwa banyak kawasan yang memiliki potensi sama seperti Jalan Panggung dan Tunjungan. Di antaranya, kompleks Jalan Darmo dan Diponegoro. Di sana, terdapat beberapa nama jalan. ’’Kawasan Darmo ini dulu kompleks elite orang Belanda,’’ ucap Freddy kemarin sore (15/1). Beberapa bangunan peninggalan Belanda sampai sekarang juga masih berdiri
Selain Rumah Sakit Darmo, terdapat Sekolah Santa Maria. Termasuk bangunan yang berdiri di traffic light Jalan Polisi Istimewa. Juga, tempat restoran cepat saji. Gaya arsitekturnya khas Eropa.
Freddy menuturkan, dulu kawasan Darmo dan sekitar Jalan Diponegoro seperti Jalan Untung Suropati adalah kompleks orang kaya zaman Belanda. Bahkan, rumah direktur Javache Bank (cikal bakal BNI) juga ada di Diponegoro. Artinya, kawasan Darmo sekitarnya memiliki nilai historis tinggi.
Khusus Jalan Darmo, kata Freddy, memiliki memori tersendiri bagi masyarakat yang berumur. Semua orang pasti tahu dan pernah mendengar nama Jalan Darmo. Nah, jika bisa ditata dengan baik oleh pemkot, kawasan itu pasti bisa mengembalikan memori kolektif setiap orang. Terutama mereka yang sudah berumur.
Tentunya, penataan tidak boleh dilakukan sembarangan. Semuanya harus sesuai dengan kajian sejarah. Dengan begitu, tidak bisa semua dikonsep klasik lantaran kawasan bersejarah. Penambahan furnitur dan sebagainya harus sesuai pada zamannya saat itu.
Kajian tersebut bisa dilakukan dengan membandingkan beberapa foto lawas kondisi Jalan Darmo dan sekitarnya waktu itu. Menurut Freddy, penataan bisa dilakukan dengan memperbaiki infrastruktur. Misalnya, jalur pedestrian. Selain itu, bisa menambah urban furniture. Mulai hiasan lampu hingga tempat duduk. Dengan begitu, bukan tidak mungkin simbol Surabaya sebagai Kota Pahlawan akan semakin kuat. ’’Yang penting ada kajian dulu, tidak sembarangan,’’ ucapnya.