Optimistis 100 Juta Vaksinasi di 100 Hari
Biden Bisa Aktifkan UU Produksi Pertahanan
WASHINGTON DC, Jawa Pos – Janji presiden terpilih Joe Biden terbilang tinggi. Terutama terkait dengan vaksinasi. Biden menjanjikan vaksinasi 100 juta dosis dalam kurun waktu 100 hari pertamanya bekerja. Meski tampak berat, pakar penyakit menular Amerika Serikat Anthony S. Fauci menegaskan bahwa janji itu sangat mungkin diwujudkan.
’’Apa yang akan dilakukan presiden terpilih adalah apa yang kita butuhkan, yaitu mengaktifkan Undang-Undang Produksi Pertahanan untuk mendapatkan apa pun yang dibutuhkan,’’ terangnya saat diwawancarai NBC.
Dalam Undang-Undang Produksi Pertahanan, presiden memiliki otoritas untuk mempercepat dan mengembangkan pasokan bahan dan layanan yang diperlukan di pangkalan industri AS untuk mendukung pertahanan nasional.
Saat ini distribusi vaksin adalah salah satu masalah yang dihadapi AS.
Saat ini ada lebih dari 23 ribu kasus dan 395 ribu kematian akibat Covid-19 di Negeri Paman Sam. Ron Klain, calon kepala staf Gedung Putih pilihan Biden, dalam wawancara dengan CNN memprediksi ada tambahan 100 ribu kematian akibat virus SARS-CoV-2 selama empat pekan pemerintahan baru nanti. Praktis, vaksin menjadi harapan besar penduduk AS untuk keluar dari pandemi.
Biden tidak hanya menjadi harapan penduduk AS, tetapi juga para imigran dari Amerika Tengah. Sebab, politikus Demokrat tersebut berjanji melonggarkan kebijakan imigrasi. Presiden Donald Trump memang tidak menginginkan imigran masuk ke negaranya. Dia bahkan membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko.
Begitu tahu Biden menjadi pemenang pilpres, euforia muncul. Rombongan imigran dari Amerika Tengah mencoba datang. Jumlahnya diperkirakan mencapai 7.000 orang dan mayoritas berasal dari Honduras.
Sayangnya, langkah mereka tidak mulus. Para imigran harus berhadapan dengan penjaga perbatasan di Guatemala. Beberapa rombongan berakhir bentrok dengan petugas keamanan.
’’Sikap Guatemala sudah jelas. Pergerakan masal ilegal ini tidak akan diterima. Karena itulah, kami bekerja sama dengan negara-negara tetangga untuk mengatasi masalah regional ini,’’ bunyi pernyataan pemerintah Guatemala sebagaimana dikutip BBC.
Gas air mata terpaksa disemprotkan untuk memukul mundur rombongan yang biasa disebut karavan imigran tersebut. Beberapa orang akhirnya terluka. Sebagian imigran memilih untuk kembali pulang. Sebagian lainnya hanya mundur, menunggu untuk mencoba peruntungan sekali lagi.
Para imigran itu tidak memahami bahwa kebijakan imigrasi Biden tidak bisa instan berlaku pada hari pertama dia menjabat. Dibutuhkan waktu untuk mengubah kebijakan dan menyesuaikannya. ’’Kapasitas untuk memproses (imigran) di perbatasan tidak seperti lampu yang bisa dihidupkan dan dimatikan seketika,’’ ujar Susan Rice, salah seorang penasihat kebijakan Biden.
Sementara itu, sumber CNN mengungkapkan bahwa hari ini Trump kembali memberikan ampunan setidaknya kepada 100 orang. Di antaranya adalah pebisnis, pegawai pemerintahan yang terlibat tindak kriminal, dan rapper terkenal. Sumber itu memastikan bahwa Trump belum mencantumkan pengampunan untuk dirinya sendiri.
Pejabat Gedung Putih mengadakan rapat pada Minggu (17/1) untuk menyelesaikan daftar final terkait dengan nama-nama tersebut. Itulah kesempatan terakhir Trump untuk memberikan amnesti. Namun, Trump masih bisa mengeluarkan daftar pengampunan hingga tengah hari pada 20 Januari ketika Biden dilantik.