Temukan Pengambil BST yang Gunakan KTP Palsu
Koordinasi dengan Kepolisian untuk Tangkap Pelaku
SURABAYA, Jawa Pos – Petugas Kantor Pos Surabaya menerima aduan masyarakat bahwa ada kecurangan dalam pengambilan bantuan sosial tunai (BST). Keluhan tersebut telah ditindaklanjuti. PT Pos Indonesia bekerja sama dengan kepolisian untuk memburu pelaku kejahatan.
Aksi penipuan itu diketahui setelah ada sejumlah warga yang mendatangi kantor pos. Mereka ingin mengambil bantuan senilai Rp 300 ribu. Saat bertemu dengan petugas, keluarga penerima manfaat (KPM) kecewa. Sebab, sudah ada orang yang mengambil jatahnya. Tentu saja petugas kaget. Mereka bergerak cepat setelah mendapat aduan. Petugas mengecek siapa sebenarnya yang mengambil bantuan tersebut.
”Wajahnya terlihat jelas di komputer. Saat kami tanya, KPM tidak mengenali dan tidak mengakuinya sebagai keluarga,” kata Kepala Kantor Pos Surabaya Dino Ariyadi.
Dia menegaskan, persoalan itu tidak bisa disepelekan. Instansinya lantas melakukan evaluasi. Ada investigasi terkait dengan kasus tersebut.
Belakangan, bukan hanya satu KPM yang mengalami hal serupa. Menurut Dino, setidaknya ada dua
KPM yang jatahnya diambil orang tidak dikenal. Pelakunya berbeda. Namun, modusnya sama. Pelaku dipastikan bukan orang sembarangan. Mereka seperti sudah merencanakan niat jahatnya. Pelaku sengaja datang saat kondisi ramai dan menghampiri petugas. Mereka berpura-pura kehilangan undangan pengambilan bantuan. ”Setelah kami selidiki, pelaku memalsukan KTP. Mereka sengaja mengelabui petugas,” jelas Dino.
Menurut dia, instansinya sudah melakukan beberapa upaya untuk menangkap pelaku. Salah satunya bekerja sama dengan kepolisian. Saat ini kasus pemalsuan kartu identitas masih diselidiki. Seluruh petugas telah diberi instruksi untuk lebih teliti. Nanti pihaknya berkoordinasi dengan dispendukcapil untuk melihat keaslian KTP. ”Sebenarnya proses verifikasi kami lakukan secara ketat. Masalahnya, tidak ada alat untuk membedakan KTP asli dan palsu,” ungkap Dino.
Wajahnya terlihat jelas di komputer. Saat kami tanya, KPM tidak mengenali dan tidak mengakuinya sebagai keluarga.’’
DINO ARIYADI Kepala Kantor Pos Surabaya