BBM Ramah Lingkungan, Mendukung Komitmen Dunia
Melihat indeks kualitas udara, Kota Surabaya dan Jakarta termasuk dalam level udara tidak sehat, terutama bagi kalangan rentan. Angka tersebut ditunjukkan situs IQAir secara real time pada Senin (25/1).
UNTUK mengurangi polusi udara, pemerintah telah melakukan beberapa upaya. Di antaranya, terus mengembangkan taman kota. Selain itu, pemerintah mengeluarkan aturan mengenai penerapan bahan bakar minyak berstandar Euro 4. Yakni, bahan bakar dengan research octane
number (RON) di atas 91 dan kadar sulfur maksimal 50 ppm.
Secara bertahap, mulai 2018 seluruh kendaraan bermotor wajib menggunakan BBM dengan standar tersebut. Hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 20 Tahun 2017 tentang Penerapan Bahan Bakar Standar Euro 4.
Sesuai dengan permen LHK tersebut, kendaraan bermotor yang sedang diproduksi wajib memenuhi baku mutu emisi gas buang paling lambat pada Oktober. Selanjutnya, untuk kendaraan berbahan bakar solar paling lambat pada April 2021. PT Pertamina (Persero) responsif melakukan pengembangan untuk mengisi kebutuhan BBM berstandar Euro 4 dengan menambah kapasitas produksi.
Bahkan, Pertamina juga terus mengedukasi konsumen untuk menggunakan BBM ramah lingkungan dan BBM yang lebih berkualitas tersebut. BBM dengan RON tinggi akan berdampak positif bagi mesin kendaraan dan emisi gas buangnya lebih rendah sehingga berdampak pada udara yang lebih bersih.
Melalui Program Langit Biru, Pertamina memberikan stimulus berupa promo-promo BBM kepada konsumen agar tergerak untuk mencoba BBM dengan kualitas lebih baik dan merasakan dampaknya ke mesin kendaraan. Program Langit Biru itu juga sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam nationally
determined contribution (NDC) untuk menurunkan emisi hingga 29 persen pada 2030 yang merupakan tindak lanjut Paris Agreement.
Konsumsi BBM Perta Series Meningkat
Rupanya, edukasi yang telah dilakukan Pertamina membuahkan hasil. Pertamina Regional Jawa Bagian Barat mencatat peningkatan konsumsi BBM jenis Perta Series (Pertalite,
Pertamax, dan Pertamax Turbo) di Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Timur pada Selasa (19/1).
Sementara itu, di wilayah Jakarta Selatan, tercatat konsumsi Pertalite (RON 90) meningkat sekitar 39 persen dibandingkan rata-rata konsumsi normal harian, yakni lebih dari 190.000 liter. Sementara itu, konsumsi Pertamax (RON 92) turut mengalami peningkatan sekitar 2 persen jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi normal harian, yakni hampir 5.000 liter. Konsumsi Pertamax Turbo (RON 98) juga meningkat di sekitar 2 persen dibandingkan ratarata konsumsi harian normal, yakni lebih dari 1.000 liter.
Selain peningkatan konsumsi Perta Series, ada tren penurunan konsumsi harian BBM jenis Premium (RON 88) yang signifikan di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur.
Konsumsi Premium di Jakarta Selatan turun hingga 82 persen dibandingkan rata-rata konsumsi harian normal, yakni sekitar 235.000 liter. Sementara itu, di Jakarta Barat, konsumsi Premium turun hingga hampir 70 persen dibandingkan rata-rata konsumsi harian normal, yakni lebih dari 170.000 liter. Begitu pun di Kota Jakarta Timur, konsumsi
Premium turun hingga hampir 76 persen atau sekitar 370.000 liter.
’’Pakai Pertamax pembakaran lebih bersih karena oktan tinggi dan meningkatkan kompresi mesin. Jadi, lebih irit dipakai perjalanan ke luar kota. Banyak perbedaannya dan sangat terasa. Perawatannya juga lebih mudah dan awet umur kendaraannya,’’ terang pengusaha olahan karet Nanang Pujianto. Sehari-hari dia rutin pergi ke luar kota dengan menggunakan mobil untuk urusan bisnis.