Jadi Pesantren Sepak Bola Pertama di Indonesia
Safin Pati Football Academy (SPFA) tidak hanya mengajarkan sepak bola. Siswa juga dibekali ilmu agama. Tujuannya, membentuk karakter yang santun.
ARSENAL Adhan Arasy terbiasa bangun pagi. Pukul 04.00, bocah 12 tahun itu sudah harus mandi. Kemudian menuju musala untuk salat Subuh berjamaah.
Pemain U-14 SPFA itu tidak sendirian. Salat Subuh dilakukan berjamaah dengan seluruh siswa SPFA. ’’Dulu kalau subuh sering dibangunin Pak Ustad. Sekarang sudah terbiasa bangun pagi sendiri,’’ katanya saat ditemui Jawa Pos di mes SPFA.
Sudah setahun Arsenal tercatat sebagai pemain U-14. Gaya hidupnya berubah 180 derajat begitu masuk SPFA. Maklum, di SPFA, bukan hanya pelajaran sepak bola yang diberikan, melainkan juga ilmu agama. Selain salat Subuh, salat Magrib dan Isya juga wajib dilakukan secara berjamaah.
Bahkan, pemain diwajibkan mengaji Alquran. ’’Dulu di rumah saya nggak pernah
Fasilitas mes Makan 3 kali sehari Pendidikan formal Pendidikan agama Latihan 9 kali dalam sepekan
Seragam/jersey tim
nnnnnnU-14: Yayat Hidayat U-16: Jaya Hartono U-18: Ibnu Grahan CEO: Rudy Eka Priyambada
nnnUang pendaftaran Rp 12 juta Iuran per bulan Rp 3,5 juta
ngaji. Baru di SPFA saya mulai mengaji. Sekarang sudah masuk juz kelima,’’ jelas bocah asli Kabupaten Demak tersebut. Bagi dia, pelajaran agama yang didapat membuatnya kini lebih sabar. ’’Bisa berpengaruh saat di lapangan. Main jadi lebih tenang,’’ tambahnya.
SPFA memang bukan akademi biasa. ’’Bisa dibilang SPFA adalah pesantren sepak bola,’’ kata Saiful Arifin, owner sekaligus founder SPFA. Ucapan yang masuk akal. Sebab, pemain memang dibekali ilmu agama yang cukup.
Safin, sapaan akrab Saiful, punya alasan harus memberikan pendidikan agama kepada seluruh siswa akademi. ’’Kami ingin melahirkan
BEKAL ROHANI: Arsenal Adhan Arasy mengaji di salah satu ruangan SPFA. Inset, mes baru SPFA yang masih dalam pembangunan. Mes ini bakal memiliki empat lantai. pemain yang disiplin serta punya karakter, kepribadian, dan tata krama yang bagus,’’ terangnya.
Selama ini, banyak sekolah sepak bola yang menelurkan pemain hebat. Tapi, banyak pula yang lupa membentuk karakter si pemain. Safin ingin menelurkan pemain dengan skill dan karakter yang samasama hebat. ’’Pembinaan sejak dini itu sangat penting. Karena pembentukan karakter itu tidak bisa ujug-ujug. Harus dibangun dengan baik,’’ terang Safin yang juga merupakan wakil bupati Pati.
Hanya, jika ingin masuk SPFA, peserta harus siap merogoh kocek cukup dalam. Biaya pendaftaran saja Rp 12 juta. Kemudian, iuran per bulan Rp 3,5 juta. Tapi, jika melihat fasilitas, jumlah uang yang dikeluarkan tampak sebanding. Sebab, siswa mendapat penginapan di mes, sekolah formal, makan, hingga seragam latihan.
Belum lagi pelatih SPFA yang sangat mumpuni. Saat ini SPFA dibagi dalam tiga kelompok umur. Yakni, tim U-14, U-16, dan U-18. Setiap kelompok umur memiliki pelatih berkualitas. Semua pelatih kini berada di bawah pengawasan Rudy Eka Priyambada yang menjabat CEO. ’’Saya punya pemikiran yang sama dengan coach Rudy, akademi harus dibangun dengan serius. Makanya, kami menggandeng pelatih yang berkompeten,’’ kata Safin.
Total sudah ada 70 siswa di SPFA. Safin berharap jumlah itu terus bertambah. ’’Targetnya bisa mendapat 400 atau 500 siswa,’’ ujarnya. Target tersebut diharapkan terwujud tahun depan. Itu sejalan dengan pembangunan fasilitas SPFA yang tuntas pada 2022.
Di antaranya, mes empat lantai dan satu lapangan sintetis baru sesuai dengan standar FIFA. ’’Kami berharap ke depan ada lulusan SPFA yang masuk timnas kelompok umur,’’ kata pria kelahiran 21 April 1974 itu.