Optimisme dan Tantangan Ekonomi 2021
KITA sudah berada di triwulan I 2021. Tak terasa, hampir setahun pandemi Covid-19 melanda dengan segala dampaknya. Namun, rasanya kita patut menghadapi tahun ini dengan harapan yang lebih baik. Tiongkok, Amerika Serikat, Turki, Brasil, dan beberapa negara di Eropa telah menjalankan program vaksinasi dengan progres yang baik. Mudah-mudahan program vaksinasi yang dicanangkan pemerintah segera berjalan masif, menjangkau lebih dari 181 juta penduduk setahun ini.
Ada beberapa argumentasi kenapa kita patut optimistis tahun ini. Pertama, program vaksinasi cegah Covid-19 telah dipersiapkan dengan matang dan secara bertahap akan menjangkau seluruh rakyat Indonesia. APBN 2021 menganggarkan program kesehatan cegah Covid-19 sebesar Rp 104 triliun. Perinciannya, untuk pengadaan vaksin, vaksinasi, dan sarpras pendukungnya. Anggaran itu diperuntukkan 181 juta penduduk yang menjadi target vaksinasi.
Kedua, kondisi makroekonomi Indonesia menunjukkan arah pencapaian yang baik pada pengujung 2020. Pada triwulan III 2020 tumbuh sebesar -3,49 persen (YoY), membaik dari triwulan sebelumnya sebesar -5,32 persen (YoY). Secara keseluruhan, pada 2020 pertumbuhan ekonomi RI -2,19 persen setelah pada triwulan IV pertumbuhan ekonomi kita minus 2,07 persen, sedikit lebih baik dari triwulan III 2020. Tingkat inflasi sampai Desember 2020 sebesar 1,68 persen (YoY) dan ratarata nilai tukar rupiah USD 14.577. Dengan bekal ini, saya yakin pertumbuhan ekonomi kita tahun ini mencapai 3,3–4,2 persen.
Ketiga, desain APBN tahun ini diasumsikan atas dasar keadaan yang lebih baik jika dibandingkan dengan APBN perubahan 2020. Pada APBN perubahan 2020, pertumbuhan ekonomi diasumsikan -0,4–2 persen; inflasi 2–4 persen; nilai tukar rupiah di kisaran Rp 14.900–Rp 15.500; tingkat pengangguran 7,8–8,5 persen; dan tingkat kemiskinan 9,1–10,2 persen. APBN 2021 mengasumsikan pertumbuhan ekonomi 5 persen dan tingkat inflasi 3 persen. Asumsi inflasi lebih tinggi daripada realisasi 2020 karena sisi demand ekonomi RI mulai bergerak kembali. Nilai tukar rupiah berkisar Rp 14.600/USD; tingkat pengangguran 7,7–9,1 persen; tingkat kemiskinan 9,2–9,7 persen; dan rasio Gini 0,377–0,379. Optimisme ini didasarkan pada kinerja ekonomi yang membaik di akhir 2020 sebagaimana penjelasan di atas.
Keempat, berbagai lembaga ekonomi dan keuangan internasional mengasumsikan keadaan ekonomi dunia pada 2021 lebih baik daripada tahun lalu. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia di kisaran 5,2 persen; Bank Dunia 4,2 persen; serta OECD 5 persen. Bahkan, asumsi pertumbuhan ekonomi 2020 sebelum ada pandemi Co
Tantangan Ekonomi 2021 Tantangan domestik yang paling pokok dalam hemat saya adalah menurunkan kemiskinan dan pengangguran. Sebab, saat dihajar Covid-19, sektor riil mengalami lockdown beberapa saat, bahkan tidak bisa bergerak leluasa sampai kini. Akibatnya, terjadi lonjakan pengangguran dan kemiskinan pada 2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, jumlah pengangguran hingga Agustus 2020 meningkat 2,67 juta orang. Dengan demikian, jumlah angkatan kerja di Indonesia yang menganggur menjadi 9,77 juta orang atau 7,07 persen. Sementara itu, tingkat kemiskinan juga mengalami peningkatan.
Angka kemiskinan sebenarnya naik sejak awal pandemi. Data BPS menunjukkan, jumlah penduduk miskin Indonesia per Maret 2020 sebanyak 26,42 juta jiwa atau 9,78 persen. Angka ini meningkat daripada tahun sebelumnya yang sebesar 9,41 persen atau 25,14 juta penduduk. Meskipun pada semester II 2020 BPS belum merilis angka kemiskinan, dapat kita perkirakan angkanya pasti naik.
Efektivitas program stimulus pada 2020 harus menjadi pelajaran bagi upaya perbaikan tahun ini. Program perlindungan sosial masal akan dilanjutkan. Di antaanya, memberikan program keluarga harapan (PKH) kepada 10 juta keluarga penerima manfaat (KPM); program kartu sembako untuk 18,8 juta KPM; bansos tunai (10 juta KPM); dan siswa penerima bantuan program Indonesia pintar (PIP) sebanyak 20,1 juta anak.
Ada juga program mahasiswa penerima kartu Indonesia pintar (KIP) sebanyak 1,2 juta orang; subsidi listrik terhadap 32,8 juta rumah tangga miskin dan penerima subsidi bunga kredit usaha rakyat (KUR) sebanyak 29,9 juta debitur; serta plafon KUR kita naikkan dari Rp 190 triliun menjadi Rp 220 triliun.
Selain itu, program subsidi energi terus dilanjutkan. Misalnya, subsidi LPG sebanyak 7,5 juta metrik ton dan solar 15,8 juta kiloliter. Untuk meringankan beban petani, ada subsidi pupuk sebanyak 8,2 juta ton. Lalu, untuk membantu kebutuhan rumah layak dan sehat bagi rakyat, pemerintah memberikan subsidi bantuan uang muka 157,5 ribu unit rumah. Masih banyak lagi berbagai program stimulus seperti di sektor perpajakan, transportasi, dan pariwisata.
Tantangan ketiga adalah eskalasi Covid-19 dan kecepatan serta pemerataan program vaksinasi. Akhirakhir ini masih terlihat ketidakdisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan. Konsistensi Satgas Covid-19 dalam penegakan disiplin prokes tidak boleh ditawar-tawar lagi. Selain itu, program vaksinasi Covid-19 harus diprioritaskan terhadap kelompok rentan sehingga persebaran Covid-19 lebih bisa dikendalikan.
Tantangan keempat adalah tensi ekonomi-politik global. Membaiknya ekonomi Amerika Serikat seiring dengan berhasilnya program vaksinasi akan mendorong optimisme investor dan membuat USD ’’pulang kampung’’. Akibatnya, tekanan terhadap rupiah tak terhindarkan. Termasuk dihentikannya dukungan terhadap koalisi Arab Saudi dalam perang di Yaman, membuat kondisi Timur Tengah lebih kondusif, sehingga potensi kenaikan harga minyak dunia tak terhindarkan. Terlebih jika vaksinasi di berbagai negara berhasil, permintaan terhadap minyak akan naik. (*)
*) Ketua Badan Anggaran DPR