Lampu Hias Jadi Tempat Jemur Baju dan Burung
SURABAYA, Jawa Pos – Kawasan Kota Tua di Surabaya Utara yang semula cantik mendadak kurang estetik akhirakhir ini. Beberapa ornamen di kawasan itu rusak karena disalahgunakan. Misalnya, lampu hias yang kini jadi tempat jemur baju dan burung.
Situasi kurang estetik tersebut terlihat kemarin pagi (21/2). Padahal, ada beberapa pegiat fotografi yang berusaha mengabadikan situasi Jalan Panggung yang beberapa waktu lalu sudah ditata Pemkot Surabaya.
Plt Kepala DKRTH Kota Surabaya Anna Fajriatin tak memungkiri situasi tersebut. ”Iya benar, kadang dipakai tidak sesuai fungsinya,” katanya kemarin (21/2). Ditanya tentang kerusakan beberapa lampu hias
Jalan Panggung, Anna sudah meminta satuan tugasnya mendata kerusakan tersebut.
Pendataan kerusakan seperti patah, bengkok, dan hilang juga telah disesuaikan. Dengan begitu, satuan tugas dari dinas kebersihan dan ruang terbuka hijau (DKRTH) akan melakukan perbaikan atas kerusakan tersebut. ”Nanti kami perbaiki, satgas di lapangan juga sudah monitor,” terangnya.
Ditanya tentang waktu pengerjaan, pihaknya mengatakan, yang lebih penting dari perbaikan itu adalah bagaimana perawatan kawasan kota tua. Kata dia, perawatan dan pemeliharaan tersebut tidak hanya datang dari pemerintah kota semata, melainkan dari masyarakat umum secara keseluruhan.
”Merawatnya bagaimana? Ya memfungsikan sebagaimana mestinya. Dijaga agar tidak rusak,” jelas perempuan yang pernah menjabat camat Jambangan itu. ”Semua punya kewajiban melestarikan ya. Bukan hanya pemkot, soalnya itu aset bersama. Aset Surabaya juga,” lanjutnya.
Sementara itu, pegiat sejarah Nanang Purwono mengungkapkan, sejak awal penempatan lampu hias yang terlalu besar dan bercabang di jalan Panggung itu tidak sesuai. menurut dia, lampu hias seperti di Jalan Panggung tersebut lebih cocok berada di jalan Karet. ”Jalan Panggung itu sempit. Jika nanti diperbaiki, baiknya yang ramping saja,” katanya.
Lampu hias di Jalan Panggung itu semestinya menyesuaikan dengan kondisi lingkungan. Terlebih, kondisi Jalan Panggung yang sempit dan selalu ramai sebagai perekonomian masyarakat. ”Menyesuaikan dengan jalur pedestarian juga. Beda dengan Jalan Karet yang lebar dan kuat nuansa pecinan,” tandasnya.