Taat Prokes saat Bencana Banjir
Selalu Terapkan 3M
SEJUMLAH daerah di Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, dan beberapa daerah lain mengalami bencana banjir sejak beberapa hari terakhir. Selain fenomena La Nina, terdapat pula faktor dinamika atmosfer lain yang memengaruhi peningkatan intensitas curah hujan ekstrem di beberapa daerah di Indonesia.
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 sekaligus Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo berpesan agar penanganan pengungsi banjir dilakukan dengan memisahkan kelompok rentan. ’’Kelompok rentan yang dimaksud yaitu lansia, warga yang memiliki komorbid, ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan anak-anak,” jelasnya.
Doni juga mengecek ketersediaan alat tes antigen di pos kesehatan. Hal itu diperlukan untuk menunjang para petugas medis dalam memastikan kondisi kesehatan para pengungsi sekaligus mencegah penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di lokasi pengungsian.
Dalam kondisi terbatas di lokasi pengungsian, petugas medis diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya penularan Covid-19 agar tidak muncul klaster pengungsi banjir. ’’Saat evakuasi dan mengungsi, harus tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat dan ingat selalu 3M agar terhindar dari penularan Covid-19,” ujarnya.
Lantas, apakah luapan air banjir bisa menularkan virus korona? ”Sejauh ini, WHO menyatakan belum terbukti secara ilmiah kalau Covid-19 ditularkan melalui saluran air dan air kotor. Selain itu, ada penelitian yang mengungkap bahwa virus korona langsung mati di air pembuangan,” ujar dr Astrid Wulan Kusumoastuti dari klikdokter.
Penelitian tersebut membandingkan kelangsungan hidup coronavirus dan virus polio 1 di dalam air ledeng dan air limbah. Hasilnya, virus korona jauh lebih sensitif terhadap suhu jika dibandingkan dengan virus polio 1. Ketahanan hidup virus polio 1 juga jauh melampaui Covid-19.
Hal ini mungkin disebabkan adanya lapisan atau selubung terluar sel pada virus korona. Biasanya, virus yang memiliki lapisan tersebut tidak bertahan hidup lama. Apalagi ketika lapisannya rusak. Misalnya, saat terkena sabun atau air limbah. Karena itu, coronavirus tidak bisa bertahan hidup di air kotor, termasuk air banjir.
Studi itu juga menunjukkan, penularan virus korona akan lebih sedikit daripada enterovirus (kelompok virus RNA, penyebab polio dan hepatitis A) di lingkungan berair. Menurut peneliti, hal itu disebabkan virus korona lebih cepat dinonaktifkan di air dan air limbah pada suhu kamar.
’’Virus itu pada dasarnya membutuhkan makhluk hidup sebagai inang. Kalaupun virus bisa hidup di luar tubuh manusia, ada jangka waktu tertentu sampai virus akhirnya mati. Bisa jadi itu penyebabnya juga,” jelasnya.