Surabaya Berhasil Kurangi Volume Sampah di TPA
Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) diperingati pada 21 Februari setiap tahun. Selama lima tahun terakhir, HPSN menjadi momen untuk membangun kesadaran publik dalam upaya pengurangan dan penanganan sampah.
DI Kota Surabaya, upaya pengurangan sampah dilakukan mulai hulu hingga hilir. Artinya, penanganan dimulai dari tingkat rumah tangga, kelurahan, TPS (tempat pembuangan sampah), sampai TPA (tempat pembuangan akhir).
Upaya itu ternyata membuahkan hasil yang signifikan. Jika pada 2018–2019 volume sampah mencapai 1.600–1.700 ton per hari, saat ini volume sampah yang masuk ke TPA sekitar 1.500 ton per hari. Angka 1.500 ton per hari ini merupakan jumlah total volume sampah yang dihasilkan, baik dari swasta maupun pemerintah.
Atas berbagai upaya pengurangan volume sampah itu, Pemkot Surabaya diganjar Penghargaan Kinerja Pengurangan Sampah dan menerima Dana Insentif Daerah (DID) Tahun 2020 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Penghargaan tersebut diterima Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Surabaya Hendro Gunawan.
’’Terima kasih penghargaannya, Ibu Menteri,’’ kata Hendro saat mengikuti rangkaian acara Puncak Peringatan HPSN 2021 melalui virtual di ruang kerja Sekretariat Daerah, Balai Kota Surabaya, Senin (22/2).
Bagi dia, penghargaan itu akan menjadi penyemangat jajaran Pemkot Surabaya untuk terus berupaya lebih baik, terutama dalam penanganan dan pengelolaan sampah. Diharapkan, penghargaan tersebut dapat mendorong masyarakat agar semakin peduli terhadap upaya pengurangan sampah. ’’Semoga ini menjadi penyemangat Kota Pahlawan untuk lebih baik lagi,’’ ujar Hendro.
Dalam sambutannya, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar mengatakan, HPSN bisa menjadi platform untuk memperkuat posisi sektor pengelolaan sampah sebagai pendorong pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Selain itu, HPSN menunjukkan salah satu prinsip pengelolaan sampah berkelanjutan. ’’Yakni, sampah menjadi sumbernya melalui pelaksanaan ekonomi sirkular dan sampah menjadi sumber energi alternatif,’’ paparnya.
Seiring peningkatan jumlah penduduk, volume sampah akan ikut naik. Karena itu, berbagai langkah dan strategi harus dilakukan
Pemkot Surabaya untuk menekan volume sampah dengan cara memanfaatkannya sebaik-baiknya.
’’Mulai sampah rumah tangga yang harus terpisah, pengelolaan sampah organik dengan pengembangbiakan maggot (larva), hingga pemanfaatan sampah daun menjadi kompos untuk perawatan taman-taman kota,’’ jelas Plt Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya Anna Fajriatin.
Dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), pemkot terus berupaya mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPA. Bahkan, beberapa program pemkot seperti Green and Clean, Merdeka dari Sampah, Rumah Kompos, dan Bank Sampah berhasil mengurangi volume sampah di TPA.
Bukan hanya itu. Demi mengurangi tumpukan sampah di TPA, Pemkot Surabaya menerapkan teknologi waste-to-energy. Yakni, mengolah sampah menjadi sumber energi listrik. Hasilnya, volume sampah berkurang setiap hari.
Jika pada 2018–2019 volume sampah yang masuk ke TPA mencapai 1.600–1.700 ton per hari, kini sampah yang terkumpul setiap hari sekitar 1.500 ton. ’’Penurunan itu cukup signifikan,’’ ucap Anna.
Meski volume sampah berkurang, Anna menyatakan akan terus berinovasi dan menekan jumlah sampah dengan berbagai pemanfaatan dan inovasi. Misalnya, mengolah limbah sampah atau barang yang tak terpakai menjadi furnitur atau perabotan rumah tangga. Di antaranya, kasur, sofa, dan meja. ’’Karena sebagian warga yang barangnya sudah tidak dipakai diletakkan di depan rumah. Itu pengolahannya secara manual. Jadi, kami cari alternatifnya,’’ ungkapnya.
DID yang diterima pemkot bakal dimanfaatkan untuk mendukung pengelolaan sampah di Surabaya. Misalnya, membeli mesin. Namun, Anna masih menunggu arahan lebih lanjut dari Kementerian LHK untuk alokasi DID. ’’Nanti kan ada arahannya, boleh digunakan untuk belanja apa. Kami akan melihat aturannya,’’ imbuhnya.