Pasang Banner Keterangan Bangunan Tua
Untuk Edukasi Warga tentang Sejarah Surabaya
SURABAYA, Jawa Pos – Beberapa penggiat sejarah dari komunitas Begandring Soerabaia mengunjungi sejumlah bangunan tua di Jalan Rajawali kemarin (23/2). Mereka tak hanya berkunjung, tetapi juga memasang banner yang dilengkapi keterangan dan foto lawas bangunan tersebut.
Salah satunya adalah bangunan di perempatan antara Jalan Rajawali dan Jalan Branjangan. Nanang Purwono, salah seorang anggota Begandring Soerabaia, menyatakan bahwa bangunan itu sangat bersejarah. Bangunan yang tidak jauh dari Jembatan Merah tersebut merupakan apotek pertama di Surabaya.
”Dulu namanya Soerabaiasche Apotheek. Apotek itu berdiri sejak 1868,” jelasnya sembari memperlihatkan foto lawas bangunan yang dimaksud. Dia mendapatkan foto lama tersebut dari situs milik Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV), lembaga ilmiah tentang sejarah dari Leiden, Belanda.
Menurut catatan sejarah, apotek itu dibuka pada 13 November 1868. Diduga, bangunan tersebut adalah apotek pertama lantaran dekat dengan rumah sakit milik VOC. ”Rumah sakit itu sekarang menjadi Poliklinik Polrestabes Surabaya,” ungkapnya.
Menurut Nanang, banner informasi tersebut dipasang agar masyarakat tahu bahwa ada saksi bisu peninggalan abad ke-19 dengan interior bangunan yang masih asli. Serta menjadi sarana edukasi bagi siapa pun yang ingin berkunjung ke bangunan tersebut.
Dia menjelaskan, konstruksi bangunan lawas terlihat dari bentuk plafon yang mayoritas masih menggunakan kayu. Hingga kini, bentuk anak tangga juga tidak banyak berubah. Nanang menegaskan bahwa bangunan itu telah ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan SK wali kota pada 1998. ”Sayangnya, di plakat tidak ada keterangan jelas yang menyebutkan bahwa bangunan itu Soerabaiasche Apotheek. Lebih diperhatikan juga,” katanya. Pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah kota untuk mengubah keterangan plakat tersebut sesuai informasi aslinya.
Sementara itu, Sri Purwani, warga yang menempati rumah lawas tersebut, awalnya tidak tahu banyak tentang sejarah bangunan tersebut. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, dia sadar bahwa bangunan itu menjadi artefak sejarah masa lalu. Dia mengungkapkan bahwa kakeknya merupakan waker atau penjaga keamanan bangunan tersebut. ”Kakek saya sejak 1972, terus dilanjutkan bapak saya dan sampai ke saya sekarang,” ujar perempuan 43 tahun tersebut.
Ditanya tentang pemilik bangunan itu, Sri Purwani menuturkan, setahun sekali pemilik berkunjung ke lokasi tersebut untuk meninjau dan menjalin silaturahmi. Mengetahui bangunan itu memiliki nilai sejarah, Sri ingin tetap menjaga keaslian dan melestarikan bangunan tersebut. ”Saya melanjutkan apa yang sudah ditorehkan orang tua. Setidaknya untuk anak-anak saya agar melek sejarah,” tandasnya.