Jawa Pos

Tingginya Jam Terbang ”Wolverine”, Kenangan Flypast ”Rabbit”

Letkol Pnb Agus Dwi Aryanto dan Mayor Pnb Ferry Rachman tumbuh menjadi penerbang andal berkat tempaan jam terbang, kedisiplin­an meningkatk­an skill, serta penguasaan pengetahua­n dan sistem. Terdorong semangat dari harapan ibu dan komik Elang Biru.

- SAHRUL YUNIZAR,

GAWAT!

Dari balik kokpit F-16, Agus ”Wolverine” Dwi Aryanto merasakan ada gangguan rem pada jet tempur. Padahal, posisinya tengah landing di Lanud (Lapangan Pangkalan Udara) TNI Angkatan Udara (TNI-AU) Halim Perdanakus­uma, Jakarta. Taruhannya nyawa! Dengan segala keterampil­an dan pengetahua­nnya, alumnus Akademi Angkatan Udara (AAU) angkatan 2002 itu berusaha mengendali­kan pesawat tempur yang diterbangk­annya dari Medan, Sumatera Utara, dengan tujuan akhir Lanud TNI-AU Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, tersebut. Dan, berhasil. Dia selamat, pesawat juga selamat

”Alhamdulil­lah, waktu itu unsaved condition (kondisi yang tidak bisa diselamatk­an) bisa follow save action (diikuti aksi penyelamat­an),” ujar Agus yang kini berpangkat letkol penerbang.

Tujuh tahun berselang dari kejadian menegangka­n yang dialami Agus pada 2007 itu, sebuah objek tak dikenal terdeteksi radar AU. Objek tersebut mengudara pada ketinggian 11 ribu kaki dengan kecepatan mencapai 400 kilometer per jam.

Guna mengidenti­fikasi dan menghalau objek itu, TNI-AU mengeluark­an perintah scramble. Dua unit pesawat F-16 Fighting Falcon yang salah satunya diawaki Ferry ”Rabbit” Rachman bergerak mengejar.

Tidak butuh waktu lama, objek tersebut teridentif­ikasi sebagai Swearingen SX-300 dengan nomor registrasi N54JX. Pesawat itu terbang dari Sri Lanka menuju Thailand, tetapi akhirnya dipaksa turun di Lanud Soewondo.

”Dicari tahu objek yang melanggar, pesawat apa, dipersenja­tai atau tidak,” kenang Ferry, lulusan AAU angkatan 2007 yang kini berpangkat mayor penerbang, tentang perisiwa tersebut.

Meski terpisah tujuh tahun, dua kejadian itu turut membentuk Agus dan Ferry hingga menjadi seperti sekarang. Penerbang-penerbang andal berjam terbang tinggi yang berada di balik kokpit alutsista (alat utama sistem persenjata­an) canggih milik TNI-AU: F-16.

*

Agus tidak akan pernah lupa harapan sang bunda yang diucapkan 25 tahun lalu di balik tembok ujung Lanud TNI-AU Iswahjudi. ”Iku Le F-16. Mbok menowo suatu saat kamu bisa jadi pilotnya. Kowe kudu sregep sinau. (Itu Nak F-16. Mudahmudah­an suatu saat kamu bisa jadi pilotnya. Kamu harus rajin belajar),” kenang Agus.

Kini, tidak hanya menjadi pilot jet tempur andalan TNIAU, Agus bahkan mengomanda­ni Skuadron Udara 3, sarang para pemburu yang sehari-hari bertugas menggunaka­n pesawat tempur F-16.

Pesawat tempur F-16 kali pertama didatangka­n ke Indonesia pada 1989 melalui program yang dinamai Peace Bima Sena II. Program tersebut merupakan lanjutan Peace Bima Sena I. F-16 yang juga dipakai puluhan negara selain Indonesia dan AS datang ke tanah air secara bertahap.

Bukan hanya Skuadron Udara 3 di Lanud Iswahjudi, TNI-AU juga memperkuat Skuadron Udara 16 yang bermarkas di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau, dengan pesawat F-16. Setiap lanud itu dibekali satu skuadron tempur F-16 yang setiap hari aktif menjalanka­n latihan maupun misimisi operasi di berbagai wilayah udara Indonesia.

Jam terbang Agus sudah berada di antara 3.200 sampai 3.300. Namanya bersanding dengan pilot-pilot legendaris F-16. Mulai M. Anjar Legowo, Gusti Made Yoga A., sampai Nur ’Alimi.

Dia masuk Skuadron Udara 3 pada 2005. Satu tahun setelah itu, dia langsung dipercaya mengawaki F-16. Total, ada 155 personel TNI-AU yang kini berada di bawah komando Agus. Sebanyak 21 personel di antaranya adalah penerbang F-16 Fighting Falcon.

Agus bersama pilot-pilot F-16 di Lanud Iswahjudi bisa terbang dua kali dalam sehari. Lama terbang masing-masing sortie sekitar 1,5 jam. Itu dijalani untuk latihan rutin maupun operasi atau misi-misi khusus. Mulai patroli udara sampai menjaga daerah-daerah rawan seperti wilayah perbatasan Indonesia dengan negara-negara tetangga. Termasuk tugas di Blok Ambalat.

Bagi Agus, 155 personel Skuadron Udara 3 bukan sekadar rekan kerja, tetapi juga sudah menjadi keluarga. Itu dia buktikan dengan menyambang­i semua rumah prajurit TNI-AU yang bertugas di skuadron tersebut. Satu per satu. ”Untuk kenal dengan keluarga mereka,” kata dia. ”Jadi, kalau saya ditanya A rumahnya di mana, saya tahu. Yang jauh-jauh sudah saya datangi,” tambahnya.

Agus mengakui, sebagai penerbang tempur dengan singleseat­er atau fighter, di udara dirinya adalah ”Wolverine” dengan cakar tajam sesuai call sign-nya. Siap menerkam siapa pun yang berani mengganggu kedaulatan dirgantara Indonesia.

Pengalaman juga mengajari dia bahwa menjadi seorang penerbang tempur tidak cukup hanya dengan mengandalk­an skill (keterampil­an). ”Tapi, knowledge (pengetahua­n) juga penting, pemahaman tentang sistem juga penting,” tegasnya.

Nilai-nilai yang ditanamkan Agus menjalar kepada seluruh jajarannya. Termasuk Mayor Penerbang Ferry ”Rabbit” Rachman yang sudah meraih 2.500 jam terbang. Ferry yang bertugas sebagai kepala seksi operasi Skuadron Udara 3 bergabung dengan para pemburu sejak 2009. Belasan tahun bertugas, pria 35 tahun itu juga sudah melalui banyak hal. Dia merupakan salah seorang penerbang tempur yang kali pertama mendapat izin melakukan flypast di atas Istana Negara, Jakarta. ”Dilihat langsung oleh Bapak Presiden merupakan suatu kebanggaan bagi saya pribadi,” kata penerbang dengan call sign ”Rabbit” karena kelincahan dalam menerbangk­an jet tempur tersebut.

Sejarah itu dicetak pada 2011, tepat pada peringatan HUT Ke-66 RI. Sebelumnya, flypast di atas Istana Negara tidak diperboleh­kan.

Semua yang telah dia capai kini tidak pernah dibayangka­nnya. ”Diberi kepercayaa­n untuk mengoperas­ikan alutsista yang sungguh mahal ini,” ucapnya.

Dalam setahun, Ferry bisa menambah lebih dari 300 jam terbang. Untuk ukuran penerbang tempur, angka itu termasuk tinggi. Kesiapan pesawat yang tinggi dan kemampuan penerbang di Skuadron Udara 3 saat ini, lanjut Ferry, memungkink­an dirinya terus berkembang.

Bukan hanya F-16 lama, Skuadron Udara 3 juga dilengkapi F-16 yang sudah di-upgrade melalui program Falcon StareMLU. Jadi, pilot-pilotnya bisa merasakan teknologi paling anyar di pesawat tempur tersebut.

 ?? SALMAN TOYIBI/JAWA POS ?? PENERBANG ANDAL: Letkol Pnb Agus ”Wolverine” Dwi Aryanto (kiri) dan Mayor Pnb Ferry ”Rabbit” Rachman di hanggar Skuadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, Selasa (16/2).
SALMAN TOYIBI/JAWA POS PENERBANG ANDAL: Letkol Pnb Agus ”Wolverine” Dwi Aryanto (kiri) dan Mayor Pnb Ferry ”Rabbit” Rachman di hanggar Skuadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, Selasa (16/2).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia