Bank Desak Percepatan Bansos
Bunga SBN Dinilai Terlalu Tinggi
JAKARTA, Jawa Pos – Bank Indonesia (BI) menilai perbankan belum maksimal mengupayakan pertumbuhan kredit. Salah satu buktinya, perbankan masih enggan menurunkan suku bunga kredit. Pernyataan itu menuai reaksi beragam dari para bankir. Sementara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau masyarakat tidak ragu-ragu melakukan belanja konsumsi.
Direktur Utama (Dirut) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso menyatakan, penurunan suku bunga kredit bukan satu-satunya cara untuk menumbuhkan kredit. Menurut dia, regulator punya peran lebih penting dalam menciptakan permintaan dan meningkatkan konsumsi masyarakat.
”Sasarannya bukan penurunan suku bunga. Sasarannya adalah menumbuhkan GDP (gross domestic product). Salah satu caranya, menumbuhkan kredit,” kata Sunarso kemarin (25/2). Namun, menurut dia, masih ada dua atau tiga faktor dan variabel lain yang juga perlu diorkestrasi.
Sunarso menuturkan, pemerintah bisa memicu pertumbuhan kredit dengan menciptakan permintaan atau meningkatkan konsumsi rumah tangga. Salah satunya adalah mempercepat distribusi bantuan sosial (bansos). Tentu saja bantuan harus tepat sasaran.
Dia juga menyoroti bunga obligasi pemerintah yang masih 6 persen. Menurut dia, angka itu tidak ideal. Apalagi, masyarakat tidak hanya menanamkan dananya di bank, tetapi juga pada SBN (surat berharga negara) atau SUN (surat utang negara).
Royke menilai, pemerintah perlu memberikan stimulus maupun penjaminan pada sektor korporasi maupun ritel. Faktanya, saat ini perusahaan-perusahaan besar memilih menggunakan dana sendiri untuk berekspansi, tidak meminjam ke bank. ”Jadi, bukan hanya di segmen usaha menengah-bawah yang diberi penjaminan. Segmen menengah-atas yang padat karya juga perlu agar bank lebih agresif menyalurkan kredit,” jelasnya.
Terpisah, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong masyarakat berbelanja. Dengan begitu, konsumsi domestik meningkat. Dia juga mengingatkan masyarakat untuk lebih memilih produk dalam negeri saat berbelanja. Aktivitas belanja masyarakat bisa mempercepat pemulihan konsumsi. Apalagi, kontribusi konsumsi masyarakat mencapai 57 persen. ”Saya percaya kita tidak hanya mampu keluar dari pandemi, tapi juga bisa keluar sebagai bangsa pemenang,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Jokowi menegaskan bahwa tahun ini adalah momen yang tepat untuk memulihkan perekonomian. Sebab, tahun terberat telah terlewati pada 2020. ”Harus kita sambut dengan optimistis, antusias, dan kerja keras penuh keberanian,” tuturnya.