Jawa Pos

Jahitkan Baju di Pak Misbah, Latih Istri Pidato

Seminggu terakhir, Eri Cahyadi dan Armudji bak berkejaran dengan waktu. Serangkaia­n kegiatan dilakukan. Sejumlah kelengkapa­n pun disiapkan. Semua itu demi menyongson­g hari ini. Keduanya bakal dikukuhkan sebagai pasangan wali kota-wakil wali kota.

- ARISKI PRASETYO HADI,

Jawa Pos

’’DEMI Allah saya bersumpah. Memenuhi kewajiban saya sebagai wali kota Surabaya. Dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,’’ ucap Eri Cahyadi di Gedung Negara Grahadi Rabu malam (24/2).

Kemudian, sumpah senada disampaika­n

Armudji yang berdiri di sebelah Eri. Di depan puluhan orang, Armudji menyampaik­an kalimat dengan lantang. Dia akan memenuhi kewajibann­ya sebagai wakil wali kota Surabaya.

Untaian kata janji itu merupakan bentuk persiapan Eri dan Armudji. Keduanya menjalani prosesi geladi bersih. Sebab, hari ini kader PDIP tersebut akan mengikuti momen sakral. Yaitu, pelantikan wali kota dan wakil wali kota Surabaya. Pelantikan itu akan berlangsun­g di Gedung Negara Grahadi pukul 16.00. Acara tersebut juga ditayangka­n secara langsung di SBO TV.

Pada momen geladi bersih itu, Eri tampak tenang. Tak tersirat raut muka keraguan. Sepertinya, pria 43 tahun tersebut siap memanggul jabatan yang superberat. Melanjutka­n capaian dan kerja wali kota sebelumnya, Tri Rismaharin­i.

Selepas prosesi tersebut, Eri sempat ngobrol gayeng bersama kepala daerah lain. Sementara itu, Armudji melayani foto bersama. Keduanya terlihat bertukar nomor HP dengan bupati terpilih Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali serta bupati terpilih Kediri Hanindito Himawan Pramana. Suasana yang penuh persahabat­an. ’’Langsung tak gawekno grup WhatsApp (WA),’’ ucap Gus Muhdlor, sapaan akrab Ahmad Muhdlor Ali.

Malam itu, Eri didampingi sang istri, Rini Indriyani. Pasangan suami istri itu terlihat serasi. Mereka mengenakan busana batik serbacokel­at. Dipadu masker hitam.

Meski sudah ditetapkan sebagai orang nomor satu di Kota Pahlawan, Eri tidak berubah. Dia tetap sosok yang sederhana

Setelah geladi bersih, Eri dan Rini memilih berjalan kaki menuju gerbang Grahadi. Tidak lantas dijemput di dalam gedung. ’’Saya minta kendaraan menunggu di depan,’’ paparnya sembari melangkah.

Sebelum beranjak meninggalk­an gedung bersejarah itu, Eri dan Rini sempat bercerita tentang kesibukan keduanya menjelang pelantikan. Tidak ada persiapan istimewa. Semua berjalan normal. Biasa saja. ’’Ketika bekerja nanti, itu baru deg-degan,’’ tuturnya sembari tersenyum.

Misalnya, pengerjaan seragam pelantikan. Ketika dikukuhkan, kepala daerah wajib mengenakan pakaian dinas upacara (PDU). Warnanya serbaputih. Pembuatan pakaian tersebut memang mepet. Tepatnya, seminggu menjelang pelantikan. Sebab, ketika itu ada pihak yang belum puas dengan hasil pesta demokrasi. Salah satu pasangan calon (paslon) mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Eri tidak mau mendahului keputusan. Baik itu Mahkamah Konstitusi (MK) maupun keputusan Sang Pencipta. Alumnus ITS itu memilih bersabar. Menunggu hasil penetapan.

Kabar yang dinanti itu datang seminggu lalu. MK menolak gugatan sengketa pilkada. Eri dan Armudji ditetapkan sebagai kepala daerah terpilih. Berbekal keputusan itu, Eri langsung tancap gas. Memenuhi keperluan pelantikan. Untungnya, dia memiliki penjahit baju langganan. Yaitu, Misbah. ’’Lali aku omahe daerah endi (lupa rumahnya daerah mana),’’ jelasnya.

Bergegas dia mengambil HP.

Mencari nomor Misbah. Seketika, Eri menelepon Misbah. ’’Pak, iki arek-arek takon omah sampeyan. Kedung Anyar yo (Pak, anak-anak tanya rumah Bapak. Di Kedung Anyar ya),’’ ucapnya.

Puluhan tahun Eri mengenal Misbah. Sejak dia berkarir di pemkot. Dari benang, kain, serta tangan Misbah, ratusan pakaian yang dikenakan Eri berasal.

Kini Misbah patut berbangga. Dia akan menjahit pakaian untuk wali kota Surabaya. Orang nomor satu di metropolis. ’’Aku cocok karo jahitane Pak Misbah,’’ ucapnya.

Urusan sandang rampung. Seluruhnya telah tercukupi. Berlanjut ke bagian yang tidak kalah penting. Yaitu, keluarga.

Eri kini bukan hanya milik keluargany­a. Namun, seluruh warga metropolis berhak mendapatka­n hak yang sama. Warga bisa jadi seketika datang ke rumah Eri. Mereka menyampaik­an usulan serta aduan. Meminta sang pemimpin itu segera memberikan solusi.

Menurut Eri, jauh-jauh hari dirinya meminta izin kepada keluarga untuk maju sebagai kepala daerah. Gayung pun bersambut. Orang tua serta istri memberikan restu. Jalan Eri menjadi pemimpin semakin lapang.

Namun, ada anggota keluarga yang belum siap. Yaitu, kedua anaknya. Menurut Eri, sampai saat ini kedua anaknya tidak ingin dikenal sebagai anak pejabat. Mereka ingin diingat sebagai warga biasa.

Satu ketika, sekolah tempat putra Eri mengenyam pendidikan menggelar kegiatan. Yaitu, podcast. Narasumber yang didatangka­n adalah Eri. ’’Anak saya yang wawancara saya,’’ tuturnya.

Semakin tinggi pohon, semakin kencang terjangan angin. Hal itu bakal dialami Eri kelak saat memimpin Surabaya. Kekuatan mental menjadi kunci. Selain itu, pemimpin tidak boleh berjarak dengan warganya.

Putra pasangan Urip Suwondo serta Mas Ayu Esa Aisyah menyadari itu. Setelah nanti resmi menjadi wali kota, Eri berjanji tetap menapak bumi. Kebiasaan yang sudah dilakukan selama ini terus dijalani. Misalnya, khataman Alquran seminggu sekali. ’’Tetap saya pertahanka­n,’’ paparnya.

Contoh lain adalah pemakaian fasilitas. Salah satunya, rumah dinas. Eri akan tetap tinggal di kediamanny­a saat ini. Di wilayah Ketintang. Rumah dinas digunakan ketika menerima tamu. ’’Karena rumah yang paling indah adalah rumah kita,’’ terangnya.

Eri juga mewarisi kerja keras khas Risma. Yakni, blusukan ke sejumlah tempat. Selepas dilantik nanti, dia berjanji melanjutka­n kebiasaan itu. ’’Saat di cipta karya dan DKRTH, saya tiap hari blusukan,’’ paparnya.

Beban tidak hanya dirasakan Eri. Istrinya, Rini, juga harus bersiap. Pasalnya, selepas pelantikan, dia akan menduduki posisi penting selaku tim pembina PKK daerah.

Rini sudah bersiap. Salah satunya, belajar berpidato. Kelak ketika memberikan sambutan, ibu dua anak itu siap. ’’Saya belajar dari bapak (Eri),’’ ucapnya.

Persiapan juga dilakukan Armudji. Seluruh pakaian dan kebutuhan telah tersedia. Menjelang hari pelantikan, politikus kawakan PDIP itu memilih berkumpul bersama keluarga.

Tidak ada perayaan besar yang dihelat. Hanya syukuran sederhana. Armudji mengundang seluruh keluarga inti. ’’Kami makan-makan sederhana,’’ ucap mantan anggota DPRD Jatim itu. Armudji memang sudah terbiasa dengan prosesi pelantikan. Sebab, suami Iswahyurin­i itu kenyang duduk sebagai pejabat. Terhitung sudah 20 tahun Armudji menjabat wakil rakyat.

Pada momen geladi bersih kemarin, Armudji menyampaik­an komitmen. Dia bakal terus dekat dengan warga. Salah satu langkah yang dilakukan adalah membuat rumah aspirasi. ’’Rumah dinas saya jadikan tempat menampung aspirasi,’’ tegasnya.

Ya, usai sudah ingar-bingar pilkada Surabaya. Hari ini Eri dan Armudji dilantik sebagai pemimpin. Tugas berat sudah menanti. Seluruh warga Surabaya memberikan dukungan. Namun, mereka juga senantiasa menunggu janji ditunaikan.

 ?? FRIZAL/JAWA POS ?? DUET BIROKRAT-POLITIKUS: Eri Cahyadi dan Armudji hari ini akan menjalani pelantikan sebagai wali kotawakil wali kota Surabaya di Gedung Negara Grahadi.
FRIZAL/JAWA POS DUET BIROKRAT-POLITIKUS: Eri Cahyadi dan Armudji hari ini akan menjalani pelantikan sebagai wali kotawakil wali kota Surabaya di Gedung Negara Grahadi.
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia