Perlu Miliki City Branding
Dari FGD Dinas Komunikasi dan Informasi Bersama Stakeholder
GRESIK, Jawa Pos – Program smart city sebetulnya sudah pernah mengemuka pada 2018. Namun, sejauh ini impian tersebut belum terwujud. Nah, di era kepemimpinan bupati-wakil bupati baru, konsep smart city itu tampaknya bakal direalisasikan. Maklum, saat ini digitalisasi sudah menjadi keniscayaan.
Program tentang smart city dan city branding kemarin (25/2) menjadi topik menarik dalam focus group discussion (FGD) yang diinisiasi Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Pemkab Gresik di Hotel Horison GKB. Diskusi tersebut diikuti sejumlah tokoh dari beragam kalangan dan pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD).
Hadir sebagai pembicara, dosen Desain Komunikasi
Visual Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) Nova Ridho Sisprasojo, tokoh masyarakat Ir Ahmad Nadhir, Sekretaris Komisi III DPRD Gresik Abdullah Hamdi (PKB), dan anggota Komisi III DPRD Gresik Khomsatun (Golkar).
Menurut Nova, Gresik sudah saatnya memiliki city branding. Tujuannya, sebagai upaya strategi pemasaran. Baik dari aspek ekonomi, wisata, budaya, maupun potensi lainnya. Dia mencontohkan beberapa kotakota di Indonesia yang sudah memiliki city branding kuat. Misalnya, Surabaya, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Dia juga menyebut contoh kota-kota dunia dengan city branding yang sangat menarik.
Nova menyatakan, dengan city branding kuat, Gresik akan lebih mudah dikenal melalui citra atau identitasnya. City branding itu menjadi representasi karakteristik Gresik dengan beragam potensinya. ’’Kalau sudah ada city branding, ke depan program-program pemkab bisa menggunakan brand tersebut,” ucapnya.
Lebih lanjut, dia menyatakan, sebetulnya beberapa tahun lalu Gresik memiliki sebutan Gresik Berhias Iman, Kota Santri, dan beberapa jargon atau brand lain. Namun, Nova menilai brand itu terasa belum maksimal untuk standar dan sinkronisasi di lapangan. ’’Nah, apakah brand atau jargon itu saat ini masih relevan ataukah perlu dievaluasi lagi, mari kita bahas bersama dengan seluruh stakeholder sehingga city branding itu mewakili identitas dan karakter Gresik serta dapat diterima semuanya,’’ ujar alumnus ITB tersebut.
Dalam kesempatan itu, Nova juga menunjukkan satu contoh city branding yang dibuat bersama sejumlah dosen UISI. Yakni, Gresik Halal Lifestyle. Namun, city branding tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut bersama segenap stakeholder. Sebab, Halal Lifestyle itu baru dari hasil riset terbatas yang dilakukan kalangan akademisi. ’’Sehingga perlu diuji kembali sebelum benar-benar diimplementasikan,’’ paparnya.
Selain Gresik Halal Lifestyle, ada beberapa wacana yang mengemuka. Di antaranya, Gresik Mutiara di Pulau Jawa yang dilontarkan budayawan Kris Adji. Muncul juga Gresik sebagai Kota Gapura atau Gerbang. Jauh sebelumnya, muncul Gresik Kota Bandar (Pelabuhan).
Ahmad Nadhir juga sependapat bahwa Gresik sudah saatnya melangkah ke smart city. Dia menilai sejauh ini smart city itu masih gagal terwujud. Nah, salah satu elemen smart city tersebut adalah city branding. Dia berharap city branding dapat mencerminkan karakter wilayah Gresik dengan aneka potensi yang ada. Baik wilayah utara, tengah, selatan, maupun Pulau Bawean. ’’Nah, saya mengapresiasi konsep Halal Lifestyle itu. Saya tidak menyangka muncul itu. Menurut saya sangat menarik untuk dibahas lebih lanjut dan tidak harus selalu formal. Sebab, menurut saya, memang Gresik ini bahasa Jawa-nya nyegoro,’’ jelas mantan ketua DPRD Gresik itu.
Abdullah Hamdi dan Khomsatun menyatakan, pihaknya mengapresiasi diskominfo yang berpikir ke depan dengan melakukan inovasi-inovasi baru. Termasuk mematangkan konsep smart city dan city branding untuk Gresik. ’’Sebab, sudah zamannya. Sekarang pegangannya sudah HP. Digital semua. Karena itu, kami di dewan siap mendukung penuh dan mengapresiasi inovasi-inovasi seperti ini. Silakan terus berinovasi,’’ pesannya.
Sementara itu, Kepala Diskominfo Pemkab Gresik Budi Raharjo mengatakan, FGD kemarin merupakan pertemuan awal. Artinya, ke depan masih ada pertemuan lanjutan untuk merealisasikan smart city dan city branding tersebut. ’’Sejak 2018 konsep smart city sudah ada. Namun, untuk city branding, belum keluar solusinya seperti apa,” ujarnya.