Kembangkan Fashion lewat Pendidikan
Alben Terpesona Pembatik dari Rumah Batik Surabaya
SURABAYA, Jawa Pos – Menekuni dunia fashion sejak 1993 membuat desainer Alben Ayub Andal tidak hanya berfokus pada pembuatan busana. Sejak beberapa tahun terakhir, dia melihat fashion dari segi pendidikan juga. Mulai mengembangkan tren fashion lewat dunia mahasiswa di bangku kuliah, mengembangkan cara berpikir muridmurid di bangku SMK, hingga mengubah mindset para pelaku UKM dalam mengembangkan karyanya.
Salah satu project mengembangkan fashion yang sangat berkesan baginya adalah saat bertemu dengan para pembatik dari Rumah Batik Surabaya tahun lalu. Dia mengaku, para pembatik di sana sangat berbakat. ”Jujur saja, saya kalau disuruh membatik belum bisa. Masih raguragu kalau mau eksekusi sendiri. Tapi, mereka itu luwes sekali,” ceritanya saat ditemui kemarin (25/2). Namun, dengan skill yang luar biasa itu, mereka kurang dalam mengembangkan desain dan cara melihat pasar. Di sinilah, Alben dan timnya membantu lewat workshop. Pria asal Samarinda tersebut bercerita, mulamula dia mengajak para perajin dalam UKM itu membuat motif batik yang bisa mencerminkan Surabaya banget. ”Kami buatlah ikon suro dan boyo dalam bentuk batik parang,” ujarnya.
Tapi, tidak hanya membuat motif dengan bentuk ikon Surabaya yang secara real. Dia juga mengajak untuk membuat motif yang sebenarnya batik banget, tapi nggak kelihatan batik. Salah satunya, membuat motif sisik buaya. ”Jadi, bisa sebagai alternatif. Karena motif itu bisa kok nggak harus sesuai dengan bentuk bendanya langsung,” jelasnya.
Selesai dengan pembuatan motif, bergeraklah ke desain busananya. Menurut Alben, kebanyakan para perajin batik akan membuat kain batik dengan full motif. ”Padahal, jika langsung disesuaikan dengan desain busana yang akan dibuat itu, sebenarnya nggak semua sisi kain butuh motif batik. Bisa hanya ujung sudutnya, bisa salah satu sisi aja,” lanjutnya.
Dari situ, pengerjaan pembuatan kain batik akan lebih efisien, cepat, tapi tetap indah. ”Saat dikreasikan menjadi busana pun bisa cocok dengan gaya anak-anak muda zaman sekarang. Jadi, batik nggak hanya dianggap sebagai kain untuk pergi kondangan saja. Tapi, bisa untuk yang lain,” imbuhnya.
Selain mengembangkan cara berpikir para pelaku UKM agar setara dengan desainer, pria kelahiran 1970 itu juga terjun langsung ke bangkubangku SMK yang mengambil jurusan fashion di daerah-daerah. Di sana, dia mempunyai misi untuk membuat anak-anak perempuan yang memang banyak mengambil jurusan tersebut untuk bisa melihat masa depan di dunia tersebut.
”Soalnya, yang bikin sedih itu kadang mereka hanya sekolah untuk mengisi waktu menunggu dipinang aja,” ceritanya. Padahal, kalau bisa mengembangkan dan telaten di industri fashion pun sangat menguntungan. Hal-hal seperti itulah yang ingin diubahnya di dunia fashion. ”Itulah kenapa, dunia pendidikan itu penting. Divisi atau industri apa pun pasti bersinggungan dengan pendidikan,” tambahnya.