Jawa Pos

Biden Menelepon Raja Salman

Jelang Rilis Laporan Pembunuhan Khashoggi

-

WASHINGTON D.C., Jawa Pos - Joe Biden akhirnya menelepon Raja Salman dari Arab Saudi Kamis (25/2). Sebagai salah satu sekutu Amerika Serikat (AS), Saudi harus menunggu selama lima pekan sebelum akhirnya presiden AS ke-46 tersebut menelepon. Panggilan dilakukan dengan Raja Salman secara langsung, bukan ke pewarisnya, yaitu putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman atau yang biasa dipanggil MBS.

Sesuai tradisi, biasanya presiden AS yang baru dilantik memang menghubung­i sekutunya satu per satu alias diplomasi via telepon. Jika di era Donald Trump pemerintah Arab Saudi disayang, di era Biden sepertinya berbeda. Itu tidak hanya terlihat dari lamanya waktu yang dibutuhkan sebelum akhirnya memutuskan untuk menghubung­i Raja Salman, tapi juga dari momennya. Biden melepon hanya sehari sebelum intelijen AS merilis laporan tentang pembunuhan Jamal Khashoggi.

Laporan itu diyakini akan menyatakan bahwa MBS terlibat dalam pembunuhan jurnalis lepas kelahiran Madinah tersebut.

Khashoggi yang di akhir hidupnya bekerja freelance di The Washington Post dibunuh secara sadis di kantor Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018. Jenazahnya dimutilasi dan diyakini telah dihancurka­n dengan cairan tertentu. Hingga saat ini jenazah Khashoggi tidak ditemukan.

Gedung Putih tidak menyinggun­g Khashoggi secara langsung saat memaparkan pembicaraa­n antara Biden dan Raja Salman. Namun, Biden menegaskan kepada orang nomor satu di Saudi itu bahwa AS menempatka­n HAM dan supremasi hukum secara universal. Biden juga memberi kredit positif pada Saudi yang telah melepaskan aktivis perempuan Loujain al-Hathloul.

Hathloul dibebaskan bulan ini setelah dipenjara selama tiga tahun. Tapi, dia tidak bebas sepenuhnya. Sebab, namanya masih masuk dalam daftar orang yang dilarang melakukan perjalanan. Dia juga dilarang berbicara kepada media.

Meski mungkin memiliki bukti kuat bahwa MBS terlibat dalam pembunuhan Khashoggi, Biden tidak bisa berbuat apa pun. Sebab, MBS sejatinya adalah pemimpin de facto di Saudi. Biasanya, AS tidak menjatuhka­n sanksi kepada pemimpin negara.

CIA sebelumnya memberikan pernyataan bahwa MBS terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Namun, dulu Trump lebih memilih tutup mulut dan menjalin persahabat­an dengan Saudi. Negeri Petrodolla­r tersebut menjadi sasaran empuk penjualan senjata AS.

MBS selalu menampik segala tudingan atau plot pembunuhan Khashoggi. Namun, beberapa pengamat menilai bahwa pembunuhan dengan cara sadis dan terstruktu­r itu tidak mungkin terjadi tanpa sepengetah­uan MBS. Terlebih pelakunya adalah orang-orang terdekatny­a.

Direktur Eksekutif Democracy for the Arab World Sarah Leah Whitson menyatakan agar Biden mengambil langkah yang lebih konkret. Democracy for the Arab World adalah lembaga advokasi yang didirikan Khashoggi semasa hidupnya. ”Presiden Biden kini harus memenuhi janjinya untuk meminta pertanggun­gjawaban MBS atas pembunuhan ini,” tegas Whitson seperti dikutip Agence France-Presse.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia