Densus Bekuk Dua Terduga Teroris di Jatim
Cuci Otak lewat Internet, Rajin Ganti Ponsel untuk Sembunyikan Mentor
SURABAYA, Jawa Pos - Densus 88 Antiteror menangkap dua terduga teroris di Jatim kemarin (2/4). Masing-masing di Surabaya dan Tuban.
Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Gatot Repli Handoko menerangkan, tim penindakan mengamankan seorang pria di kawasan Simo Pomahan, Surabaya. Inisialnya SY. Dia ditangkap karena diduga terlibat dalam jaringan Jamaah Islamiyah (JI). ’’Densus bersama jajaran polda mengamankan yang bersangkutan pagi hari tadi (kemarin, Red),” katanya
Beberapa jam berselang, seorang pria berinisial RH alias AO ditangkap di Tuban. Gatot menyebut, RH memiliki jaringan berbeda dengan SY. RH berasal dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Gatot menuturkan, keduanya tidak berkaitan dengan insiden bom bunuh diri di Makassar dan penyerangan di Mabes Polri. Namun, mereka diamankan sebagai langkah antisipasi. ’’Bagian dari deteksi dini agar tidak ada aksi lagi,” ungkapnya.
Sementara itu, Sulis, istri SY, menceritakan kronologi penggeledahan oleh aparat kepolisian kemarin pagi. Saat itu jarum jam masih menunjukkan pukul 07.55. Sulis dan ibunya, AA, baru selesai salat Dhuha. Tiba-tiba dia mendengar suara ketukan pagar. Sulis melihat puluhan polisi di depan rumahnya. Perempuan 40 tahun itu tak bisa berkata-kata. Bibirnya seolah terkunci. Dia terkejut. Tubuhnya gemetar, lalu lemas. ’’Ibu saya pingsan,” ucapnya, lantas menangis kembali saat ditemui Jawa Pos kemarin sore.
Kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, hingga dapur digeledah oleh polisi. Sulis menyebutkan, beberapa panci diamankan polisi dari dapurnya. Tak hanya itu, majalah keagamaan pun ikut diambil. Dia menegaskan bahwa dirinya dan suami bukan teroris. Kalimat suami orang baik diucapkannya hingga 18 kali kepada koran ini. ’’Suami saya itu pedagang biasa. Tidak ada aliran sama sekali ke jaringan teroris,” ujarnya.
Hingga kemarin sore Sulis tidak mengetahui di mana posisi suaminya. Ketika penggeledahan, dia tak mendapatkan informasi apa pun dari petugas. Handphone suaminya tidak dapat dihubungi. ’’Saya bingung. Saya nggak tahu harus bagaimana. Saya juga nggak pernah berhubungan dengan polisi sebelumnya,” terangnya.
Lone Wolf Bikinan JAD Pengamanan Mabes Polri pasca serangan teroris terus diperketat. Pengetatan juga terjadi hampir di semua kantor kepolisian. Salah satunya Polda Metro Jaya. Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombespol Yusri Yunus menjelaskan, pengetatan itu merupakan langkah antisipasi agar kejadian di Mabes Polri tidak terulang.
Sementara itu, pengamat terorisme Al Chaidar menuturkan, ideologi radikal saat ini sangat mudah mencuci otak melalui dunia maya. ”Biasanya, menyasar orang yang keingintahuan agamanya tinggi. Tapi, tidak memiliki basis agama yang kuat,” ujarnya.
Dia menuturkan, kelompok teroris sering memanfaatkan orang-orang yang bisa menjadi lone wolf atau bertindak sendiri. Hal itu dianggap lebih menguntungkan. ”Tidak perlu mengajak ke pengajian yang anggotanya banyak. Lebih aman untuk kelompok teroris,” paparnya.
Memang secara tingkat kerawanan, pelaku teror berkelompok lebih berbahaya dari lone wolf. Namun, lone wolf jauh lebih sulit terpantau karena bekerja sendirian. ”Dia ganti-ganti handphone juga agar mentornya tidak ketahuan,” paparnya.
Kelompok mana yang biasa merekrut lone wolf melalui dunia maya? Dia menjelaskan bahwa dari tiga kelompok terorisme, yakni Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Mujahidin Indonesia Timur, dan Jamaah Islamiyah (JI), satu-satunya yang tercatat merekrut melalui dunia maya hanya JAD. ”Jadi, saya menduga ini akibat JAD,” tuturnya.
Pada bagian lain, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto kemarin terbang ke Makassar. Bersama Kepala Baintelkam Polri Komjen Paulus Waterpauw, dia mendatangi empat gereja di ibu kota Sulawesi Selatan itu. Mulai Gereja Paroki Maria Ratu Kare, Gereja Manggamaseang, Gereja Katedral, sampai Gereja Immanuel. Hadi menekankan, tidak ada tempat untuk terorisme di tanah air. ’’Sehingga harus bahu-membahu memerangi ideologi kekerasan di Indonesia,’’ tegasnya. Kekuatan besar dikerahkan oleh TNI. Khusus di Makassar, total ada 1.001 personel yang ditugaskan membantu Polri.
Dari Polri, ada 1.900 personel yang bergerak mengamankan gereja dan objek vital lainnya. Personel TNI maupun Polri dibekali senjata lengkap. Itu dilakukan untuk menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat. Utamanya, umat Nasrani yang tengah melaksanakan ibadat Tri Hari Suci. Hadi menekankan bahwa negara menjamin kebebasan setiap pemeluk agama di tanah air melaksanakan ibadat.