Godok Pembukaan Pariwisata Bali
Kunjungan Wisman Masih Minim
JAKARTA, Jawa Pos – Kinerja pariwisata dalam negeri masih lesu terhantam pandemi Covid19. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada Februari lalu berkisar 117 ribu. Kontribusi terbesar berasal dari kunjungan lewat jalur darat.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto memerinci, jumlah itu turun 14,74 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Januari lalu, jumlah kunjungan wisman tercatat 137.230 ribu. Secara kumulatif, jumlah wisman selama Januari– Februari mencapai 254.230 kunjungan. ”Pada Februari tahun ini penurunannya masih tajam,’’ katanya kemarin (2/4).
Dilihat dari kebangsaannya, wisman terbanyak berasal dari Timor Leste. Kunjungannya mencapai 59 ribu. Disusul wisman Malaysia, Tiongkok, Papua Nugini, dan Belanda.Setianto menyatakan, sebagian besar kunjungan wisman bernuansa bisnis. ”Sebagian besar adalah untuk kepentingan bisnis. Untuk berlibur belum melihat perkembangannya,’’ terangnya.
Kepala BPS Jawa Timur (Jatim) Dadang Hardiwan mengatakan, kunjungan wisman pada Februari tercatat 69 orang. ’’Angka Februari sebenarnya naik 2,5 kali lipat jika dibanding Januari. Awal tahun, kami mencatat 20 kunjungan,’’ paparnya. Jika dibandingkan Februari tahun lalu, jumlah turis asing yang masuk Jatim turun 99,41 persen.
Pengamat wisata Agoes Lis Indrianto memproyeksikan, wisata tahun ini belum cemerlang. Sebab, kebijakan pemerintah tidak konsisten. Misalnya, soal larangan mudik. ’’Pemerintah berusaha untuk menggaet wisatawan asing dengan menciptakan travel bubble. Di sisi lain, potensi wisatawan lokal tertekan karena tidak ada mudik,’’ ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, pemerintah perlu turun tangan menghadapi okupansi yang masih rendah. Insentif tambahan untuk pengusaha hotel dan restoran sebagai kompensasi pandemi, menurut dia, adalah kebutuhan.
”Tentu kami mengharapkan pemerintah memberikan stimulus. Paling tidak sharing the pain. Penggantinya apa supaya kami tetap bertahan, terutama dari sisi pekerjanya,” papar Maulana. Larangan mudik, menurut dia, langsung berpengaruh pada kinerja hotel dan restoran.
Menurut dia, sektor pariwisata sangat membutuhkan pergerakan manusia. Karena itu, pemerintah perlu mencari jalan tengah agar pelaku usaha pariwisata bisa tetap bertahan. ”Perlu ada strategi yang lebih memadai untuk membuat perhotelan keluar dari tekanan pandemi,” ungkapnya.
Secara terpisah, Menparekraf Sandiaga Uno menyatakan, pemerintah bakal membuka pariwisata Bali pada Juni–Juli 2021. ”Kami menerima banyak sekali masukan. Rencananya, masukan ini akan kami gunakan untuk mempersiapkan pembukaan Bali kembali,’’ jelasnya.
Sandiaga menargetkan 2–2,5 juta vaksin untuk pelaku parekraf di Bali. Vaksinasi massal menjadi persiapan awal travel corridor arrangement di Pulau Dewata. Itu bakal mengembalikan kepercayaan wisatawan lokal dan asing terhadap pemerintah.