Terus Berkarya, Jauhkan Stigma Negatif Autisme
SURABAYA, Jawa Pos – Autisme tak menghentikan seseorang untuk berkarya. Prinsip tersebut melatarbelakangi penyelenggaraan Walk for Autism (WFA) 2021. Acara itu memberikan ruang bagi anak-anak dengan autisme untuk menampilkan kemampuan mereka. Ada lukisan, nyanyian, tarian, hingga modeling.
’’Di tahun keenam ini, penyelenggaraan agak berubah. Dulu selalu ada gerak jalan dengan ribuan peserta,’’ ucap Andry Tejokusuma, local president JCI East Java 2021. Sekarang acara tersebut diadakan sebagai ajang pertunjukan dan lomba secara nasional.
Bagi peserta yang tak bisa hadir, videovideonya ditampilkan. ’’Jadi, peserta dari seluruh wilayah bisa ikut. Setelah penilaian, hari ini (kemarin, Red) merupakan ajang pengumuman,’’ sambung Haryo Joyosentoso, ketua panitia WFA 2021. Antusiasme peserta sangat baik. Perwakilan dari 100 sekolah inklusi se-Indonesia mengirimkan karya secara online. Sementara itu, lomba pencarian bakat diikuti 141 anak. Selain acara, galeri untuk meningkatkan kepedulian terhadap autisme digelar hingga 8 April nanti.
Haryo mengatakan, ajang seperti itu penting untuk menyentuh beragam kalangan. Baik orang tua, masyarakat umum, pendidik, maupun pemerintah. ’’Masalahnya cukup banyak. Termasuk, masih ada orang tua yang belum peka dengan kondisi anak. Entah denial atau mengira kondisinya ini bukan autisme,’’ sambungnya.
Vice President Junior Chamber International (JCI) East Java 2021 Lois Lie juga mengatakan, isu pendidikan untuk anak dengan autisme dan ABK harus terus didengungkan. ’’Memang ada aturannya, satu sekolah diharapkan mengambil sekian anak ABK, tapi di lapangan juga sulit karena gurunya belum ada skill ke sana,’’ sahut Lois.
Sementara itu, Koordinator Divisi Lomba WFA dari JCI Liliani Chandranata mengungkapkan, acara lomba itu diadakan untuk merangsang kemampuan anak-anak disabilitas dalam berbagai hal. Misalnya, dalam lomba melukis tong sampah, anak-anak diajari menuangkan aspirasinya kepada warga untuk lebih mencintai lingkungan. Kemudian, lomba membuat topi bertema physical distancing, anak-anak diajak untuk mengedukasi pentingnya protokol kesehatan pada masa pandemi.
Dalam lomba menghias kursi roda, anak-anak dipacu untuk menumbuhkan semangat hidup. ’’Semua anak disabilitas kita ajak juga untuk ikut supaya mereka lebih semangat dan menjadi ajang buat mereka untuk menunjukkan bakat,” kata Liliani.