Helat Baksos, Konsisten Edukasi Paliatif
Pandemi, Yayasan Paliatif Surabaya (YPS) memperingati ulang tahun ke-20 dengan menyerahkan bantuan secara simbolis.
KANKER dan penyakit degeneratif berdampak pada seluruh aspek kehidupan pasien dan keluarga. Selain psikologis, dampak yang sangat berat dirasakan adalah ekonomi. Terutama bagi kalangan yang kurang mampu. Tak jarang, mereka pun pasrah dan hidup menahan nyeri hingga akhir hayat. Untuk meringankan penderitaan pasien kanker beserta keluarganya itu, Yayasan Paliatif Surabaya (YPS) kerap melakukan aksi sosial dan mengulurkan tali asih.
Salah satunya diwujudkan lewat bakti sosial yang diadakan pada Kamis (1/4) di Taman Paliatif, Jalan Soka, Surabaya. ”Jadi, kami dari YPS dalam ulang tahun ke-20 ini memberikan baksos secara simbolis karena pandemi. Kami membagikan sembako ke rumah-rumah pasien kanker di Surabaya yang berafiliasi dengan puskesmas atau poliklinik yang bekerja sama dengan YPS,” ujar Ketua Yayasan Paliatif Surabaya drg Lizza Hendriadi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ST MT beserta istri, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya Rini Indriyani SFarm Apt, turut hadir dalam momen istimewa tersebut. Selain itu, ada Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya drg Febria Rachmanita dan Bapak Paliatif Indonesia Prof dr Sunaryadi. Dalam kesempatan itu, Eri menyerahkan sembako secara simbolis kepada perwakilan pasien kanker. Sembako itu berisi minyak, beras, gula, kopi, mi, dan vitamin.
Eri mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurut dia, pandemi tidak mengurangi niat masyarakat memberikan kebahagiaan dan menjadi bagian dari pasien paliatif. ”Ini hebatnya Kota Surabaya. Saya haturkan banyak terima kasih kepada Yayasan Paliatif Surabaya serta semua relawan dan kader kanker paliatif. Karena hati kita yang penuh dengan cinta kasih inilah, Surabaya menjadi kota yang adem, tenang, serta selalu memberikan kebahagiaan kepada yang lain,” ujarnya.
Menurut Eri, salah satu obat kanker adalah hati yang bahagia. Sebab, saat bahagia, imun tubuh akan naik sehingga perkembangan kanker bisa dihambat. Eri pun siap mendukung penuh kegiatan-kegiatan positif Yayasan Paliatif Surabaya.
Kegiatan YPS tersebut juga mendapat apresiasi positif dari Nila (bukan nama sebenarnya) yang menjadi salah seorang penerima bantuan. Penderita kanker payudara berusia 54 tahun itu mengatakan hidupnya sangat menderita sebelum mengenal paliatif. ”Sehari-hari saya menangis. Uang habis untuk berobat. Sesudah tim paliatif, yaitu dokter, perawat, dan relawan rutin datang, luka saya dirawat hingga sembuh total. Padahal, sebelumnya berdarah dan bernanah. Terima kasih tim paliatif. Saya merasa dikuatkan dan dihargai,” ujarnya.
Selain pemberian bantuan, agenda dilanjutkan dengan peninjauan Taman Paliatif. Taman yang dikukuhkan pada 2012 itu diklaim sebagai satu-satunya taman paliatif di Indonesia, bahkan bisa jadi dunia. Lokasinya yang tenang dan jauh dari kebisingan kota dipilih untuk memfasilitasi kegiatan positif pasien maupun relawan paliatif.
Lizza memaparkan, sebelum pandemi, biasanya banyak kegiatan di Taman Paliatif. Di antaranya olahraga dan senam paliatif. ”Di pendapa juga diadakan kegiatan menyulam, merangkai bunga, dan melukis. Dinkes juga sering mengadakan pengobatan dan pemeriksaan gratis,” tuturnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan penanaman pohon tabebuya langsung oleh Eri Cahyadi, dilanjutkan penyiraman pohon secara simbolis oleh Rini.
Sementara itu, YPS juga menghelat diskusi virtual tentang paliatif pada minggu depan yang merupakan rangkaian acara ulang tahun. Edukasi secara berkelanjutan sangat penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap paliatif. Menurut Lizza, perawatan paliatif bertujuan meningkatkan kualitas hidup secara holistik meliputi fisik, psikologi, sosial, kultural, dan spiritual pasien serta keluarga. Caranya dengan membantu meringankan nyeri serta penderitaan pasien dan memberikan dukungan spiritual serta psikososial mulai saat diagnosis hingga akhir hayat. YPS juga memberikan dukungan terhadap keluarga dalam masa dukacita. Berbagai agenda tersebut tertuang dalam panca program kerja YPS.
Lizza berharap YPS dapat terus melanjutkan perjalanan sosialisasi dan edukasi perawatan paliatif. Dia juga sangat optimistis kerja sama dengan Pemkot Surabaya dan masyarakat bakal meningkat. ”Sehingga ajaran paliatif akan makin menyebar. Yakni, ajaran cinta kasih yang memperlakukan manusia/pasien seutuhnya sebagaimana manusia. Tidak hanya fisik, tapi juga psikososial dan kultural,” harapnya.
Follow akun-akun media sosial Yayasan Paliatif Surabaya untuk mengikuti atau mengenal YPS lebih lengkap.