Soroti Mikroplastik dan Hewan Laut yang Terdampak
Heinrich Noel Siawan menjadi salah seorang peserta yang meraih penghargaan Global Impact Award dalam IF.G Water Challenge kemarin (11/4). Dia merupakan satusatunya peserta yang berasal dari Surabaya dan Indonesia. Siswa 11 tahun tersebut diminta berkolabo
”TERNYATA mikroplastik itu banyak banget di air,” kata Noel dengan wajah sedih bercampur bingung. Ucapan anak laki-laki 11 tahun itu menjawab pertanyaan Jawa Pos mengenai masalah yang membuatnya risau belakangan ini. Bukan hanya di Indonesia lho. Seluruh dunia merasakan masalah
Jawa Pos air yang sama. Saking banyaknya sampah plastik dan sulitnya partikel plastik dihancurkan.
Mikroplastik tersebut tidak hanya dikonsumsi manusia melalui air yang diminum setiap hari. Kandungan itu juga terus-terusan dikonsumsi hewan laut
J
”Paling sedih saat baca-baca tentang mikroplastik ya. Lihat hewan-hewan mati,” ujarnya.
Hewan laut yang dikonsumsi manusia juga sebenarnya mengandung mikroplastik meski ditangkap dalam keadaan segar. ”Bayangin berapa banyak mikroplastik di sekitar kita,” tutur siswa Northern Light Academy tersebut.
Semakin banyak mikroplastik yang terkonsumsi, makin berat pula dampaknya bagi tubuh. Noel menjelaskan bahwa tubuh seseorang jadi lebih mudah terkena masalah pencernaan, reaksi inflamasi, hingga oxidative stress.
Seluruh materi itu dipresentasikan Noel dalam ajang Water Challenge yang digagas InventFuture.Global (IF.G). Kompetisi internasional tersebut mewadahi anak-anak berkisar usia Noel untuk lebih peduli pada kebutuhan air bersih global. ”Kenapa water challenge? Sebab, tahun ini temanya diambil dari sustainable development goals (SDGs) PBB nomor 6, yaitu air bersih dan sanitasi,” jelas Antonius Malem Barus, CEO Krya.id, yang turut tergabung dalam IF.G.
Noel bersama tujuh siswa dari daerah lain di Indonesia menyodorkan proposal mereka terkait dengan masalah air bersih. Noel berfokus pada tema air yang terkontaminasi dan berproses untuk membuat solusinya. ”Sebelum ikut kompetisi, aku harus baca banyak sekali tulisan tentang kontaminasi pada air. Mamaku membantu buat daftar apa saja yang harus kubaca,” ungkap anak berkacamata tersebut.
Awalnya, Noel lebih berfokus pada kebersihan air di sungaisungai di sekitarnya. ”Presentasi pertamaku bahas tentang banyak sampah dan banyak yang buang air di sungai,” jelasnya.
Air sungai di sekitarnya jadi sulit digunakan sebagai sumber air minum. Noel kemudian mendapat banyak feedback dan arahan. Bacaan-bacaan tentang pencemaran air makin sering dilahap.
Fakta yang dia temukan memang tak terlalu menyenangkan. Misalnya, hewan yang mati akibat pencemaran air oleh mikroplastik bisa mencapai 40 ribu per tahun. Banyak sekali penyebab kontaminasi pada air. Bukan hanya mikroplastik dan sampah berserakan. ”Kalau kontaminasi disebabkan benda kimia cair lain, sulit banget bersihinnya!” tegasnya.
Dalam kompetisi tersebut, Noel juga diminta berkolaborasi dengan berbagai peserta dari luar negeri. Di situ Noel mendapat banyak informasi dan mulai mencari gagasan penyelesaian. ”Di negara lain, masalah airnya mirip-mirip. Jadi, bisa mikir bareng harus bikin apa gitu,” ucapnya.
Noel dan timnya dari Britania Raya, India, dan Vietnam berembuk mengenai solusi apa yang perlu diaplikasikan. Perbedaan waktu memang bikin Noel agak pusing kepala. ”Di sana pagi, di sini malam. Mau telepon, tapi nggak pas terus,” ungkapnya.
Namun, hal itu tak menghalangi Noel dan rekan timnya menggagas ide solusi pencemaran air. Filter air buatan rumah dengan bahan karbon hitam, spons, dan kerikil menjadi pilihan paling murah dan umum. Menurut dia, setiap rumah harus memiliki filter tersebut. Seluruh saluran air harus dipasangi filter, baik air keran maupun dispenser air siap minum. ”Nah, filternya bukan hanya kalau kita mau minum. Tapi juga menuju pembuangan!” tegasnya.
Filter itu harus dipasang di saluran-saluran pembuangan air. Sebelum menuju laut atau sungai, air harus difilter untuk menghilangkan mikroplastik yang membahayakan hewan air.
”Aku berharap sekali pemerintah bisa peduli dengan masalah air,” tuturnya. Menurut dia, kampanye filter air juga harus digagas supaya lebih banyak orang yang peduli. Polusi air merupakan isu berkepanjangan. Anak-anak perlu diajak lebih peduli dengan permasalahan tersebut sejak dini.
Anton menyatakan, IF.G tidak hanya mendorong anak-anak peduli sejak dini, tetapi juga berkolaborasi melihat masalah secara garis besar. ”Dan, usulan peserta ini bagus-bagus. Makanya, anggota IF.G di Amerika Serikat akan memberikan hasil usulan peserta ke PBB,” terangnya.
Anton berharap kompetisi itu juga menggerakkan pembuat kebijakan untuk lebih peduli dengan masalah air. Anak-anak seusia Noel saja sangat bersemangat untuk membersihkan air di dunia. ”Rasanya pasti senang sekali kalau government mau mendengarkan saran kami,” kata Noel.