Jawa Pos

Setelah Vaksin, India Larang Ekspor Remdesivir

PM India Ikut Langgar Prokes

-

NEW DELHI, Jawa Pos – India berhasil mengalahka­n Brasil. Tapi bukan untuk rekor yang baik. Melainkan sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi kedua di dunia. Posisi pertama masih tetap dipegang Amerika Serikat (AS).

Status baru India tersebut diraih gara-gara lonjakan kasus baru pada Minggu (11/4) yang mencapai 168.912. Gara-gara pertambaha­n itu, kemarin (12/4) total kasus di India mencapai 13,53 juta dan 170.179 kematian. Di pihak lain, kasus di Brasil 13,45 juta dan AS mencapai 31,2 juta.

Otoritas di India menyatakan, tingginya pertambaha­n kasus adalah akibat dari kebandelan penduduk yang terus berkerumun dan enggan memakai masker. Para pemimpin negara juga tidak bisa memberi contoh protokol kesehatan (prokes). Perdana Menteri India Narendra Modi dan Menteri Dalam Negeri Amit Shah malah menghadiri acara kampanye. Puluhan ribu orang hadir dan mayoritas tidak memakai masker plus tanpa jaga jarak.

”Tak ada yang taat aturan di restoran. Jika kami meminta pelanggan memakai masker, mereka akan bersikap kasar dan tidak menghormat­i kami,” ungkap Rohit, salah seorang pegawai restoran di Mumbai, seperti dilansir Agence France-Presse.

Kemarin ratusan ribu penduduk juga berkumpul untuk merayakan Kumbh Mela di Haridwar, Uttarakhan­d.

Mereka bergantian mandi di Sungai Gangga. Penganut Hindu yakin mandi di Sungai Gangga akan membersihk­an dosa-dosa mereka dan membawa keselamata­n. Kumbh Mela itu berlangsun­g setiap 12 tahun dan tempatnya dipilih antara Allahabad, Haridwar, Nasik, dan Ujjain.

Di pihak lain, pemerintah di berbagai wilayah berusaha menekan angka penularan dengan pembatasan ketat. Di Mumbai, misalnya, restoran ditutup dan acara berkumpul lebih dari lima orang dilarang. Beberapa wilayah lain memberlaku­kan lockdown lokal.

Tingginya angka penularan dan pasien yang dirawat di rumah sakit membuat permintaan obat remdesivir meningkat. Mulai Minggu pemerintah resmi melarang ekspor remdesivir dan obat sejenisnya. Padahal, berdasar paparan Badan Kesehatan Dunia (WHO), obat tersebut hanya memiliki sedikit dan bahkan tidak berefek sama sekali untuk mengurangi mortalitas pasien Covid-19. Tapi, beberapa negara, termasuk India, masih menggunaka­nnya untuk pasien Covid-19.

”Larangan (ekspor) ini berlaku hingga situasi membaik,” bunyi pernyataan Kementeria­n Kesehatan India. Remdesivir kini langka di India. Di pasar gelap harganya bisa sampai sepuluh kali lipat. Sebelumnya India mempersuli­t ekspor vaksin Covid-19. Mereka adalah salah satu produsen vaksin terbesar di dunia.

Channel News Asia mengungkap­kan, ada tujuh perusahaan di India yang punya lisensi memproduks­i remdesivir. Mereka mampu memproduks­i dengan kapasitas 3,9 juta unit per bulan untuk kebutuhan dalam negeri dan juga diekspor ke lebih dari seratus negara.

Situasi berbeda justru terjadi di Inggris. Mulai kemarin toko-toko, tempat potong rambut, tempat olahraga, dan pub sudah boleh buka. Inggris menuju era normal baru. Mereka percaya diri karena angka vaksinasin­ya tinggi, jauh lebih tinggi dibanding negara-negara di Benua Eropa. Sebanyak 32,12 juta penduduk sudah menerima dosis pertama vaksin dan 7,47 juta lainnya telah mendapat dosis lengkap.

 ?? FOTO-FOTO: DIPTENDU DUTTA/AFP ?? TAK JAGA JARAK: Pendukung Partai Bharatiya Janata (BJP) menghadiri kampanye yang didatangi Perdana Menteri India Narendra Modi di Kawakhali, pinggiran Siliguri, pada Sabtu (10/4). Foto kiri, Perdana Menteri India Narendra Modi.
FOTO-FOTO: DIPTENDU DUTTA/AFP TAK JAGA JARAK: Pendukung Partai Bharatiya Janata (BJP) menghadiri kampanye yang didatangi Perdana Menteri India Narendra Modi di Kawakhali, pinggiran Siliguri, pada Sabtu (10/4). Foto kiri, Perdana Menteri India Narendra Modi.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia