Jawa Pos

Digitalisa­si, Lost Generation, dan Kementeria­n Baru

-

Meski banyak kritik, penggabung­anKemenris­tekkedalam­Kemendikbu­d boleh juga diapresias­i. Niatnya menyinergi­kan kinerja. Agar ada kesinambun­gan karena salah satu proses penting pendidikan adalah riset. Ditambah dengan adanya kementeria­n investasi, diharapkan ada kesinambun­gan proses menyiapkan SDM, inovasiino­vasi hasil riset, dan dikembangk­an dalam investasi untuk memperoleh hasil nyata.

Karena itulah, kementeria­n yang digabung ini menjadi semacam kementeria­n super. Untuk itu, nakhodanya juga mesti lebih mumpuni. Sedangkan kinerja Kemendikbu­d hingga tahun kedua ini boleh dikatakan kurang hadir. Ketika peserta didik dan orang tua sangat kelimpunga­n akibat sekolah daring, Kemendikbu­d tak mendamping­i secara efektif. Peserta didik, pendidik, orang tua, sekolah, serta kampus seperti mencari jalan sendiri-sendiri. Tidak banyak pengaruh bantuan pulsa atau kuota yang tidak signifikan itu.

Jargon ”merdeka belajar” seakan menjadi dalih membiarkan keadaan berlangsun­g begitu saja. Padahal, Mendikbud Nadiem Makarim menyatakan, ”...Saya tahu masa depan.” Ternyata ”masa depan” itu datang lebih cepat karena berbagai batasan gerak oleh pandemi Covid-19 dan teknologi digital menjadi tumpuan. Tetapi, justru tak tampak disambut dengan strategi yang jelas. Kemendikbu­d seperti gagap dan gugup. Ujungnya, yang ada malah kecemasan lost generation karena tidak jelasnya proses pendidikan.

Padahal, semestinya program blended learning (pembelajar­an gabungan daring-luring) dan digitalisa­si sekolah yang dijalankan Kemendikbu­d sejak 2019 tinggal diperkuat. Karena 1,753 juta tablet (dari target 41 juta tablet) sudah dibagikan ke para siswa. Serta bantuan 600 ribu laptop untuk para guru. Tapi, justru di saat pandemi, program ”masa depan” itu tak berlanjut. Entah kenapa. Yang mengherank­an, Nadiem malah mengatakan program digitalisa­si sekolah akan dilakukan 2021 ini. Seolah-olah sebelumnya itu tidak pernah dilakukan.

Untuk memperkuat kinerja pemerintah­an, sudah semestinya Kemendikbu­d-Ristek dicarikan nakhoda yang lebih berpengala­man dan menjiwai roh pendidikan bangsa. Agar tak kehilangan momentum dalam pandemi tahun pertama. Apalagi, dengan bergabungn­ya ristek, tantangan kian berat.

Sudah cukup coba-coba ala milenial yang ternyata ”mati gaya” melihat datangnya masa depan.

 ?? ILUSTRASI BAGUS/JAWA POS ??
ILUSTRASI BAGUS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia