Remehkan Pandemi, Senat Selidiki Bolsonaro
Selandia Baru Uji Aplikasi Deteksi Dini Covid-19
SAO PAULO, Jawa Pos – Presiden Brasil Jair Bolsonaro diinvestigasi. Bukan karena kasus korupsi, tetapi terkait dengan penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan pemerintahannya. Bolsonaro cenderung meremehkan virus SARS-CoV-2 tersebut. Imbasnya, penularan dan kematian di negaranya akibat virus mematikan itu terus meroket.
Angka kematian akibat Covid-19 di Brasil tertinggi kedua setelah AS. Rata-rata angka kematian harian dalam sepekan terakhir di atas 3 ribu. Hampir seluruh rumah sakit di Brasil saat ini sudah kewalahan. Termasuk para penggali kubur. ICU rata-rata diisi oleh pasien 40 tahun ke bawah.
Sebanyak 1.300 bayi juga dipastikan meninggal karena Covid-19. Angka itu jauh lebih tinggi dibanding negara lainnya. Prancis juga sudah menghentikan penerbangan dari dan ke Brasil akibat tingginya kasus serta varian virus baru di sana. Namun, di sisi lain, Bolsonaro terus menentang lockdown, tidak percaya vaksin dan penerapan protokol kesehatan.
’’Kinerja pemerintah dalam menangani pandemi merupakan yang terburuk,’’ terang mantan Menteri Kesehatan dan Senator dari Partai Buruh Humberto Costa kepada Al Jazeera. Hakim Mahkamah Agung (MA) Federal Luis Roberto Barroso sepekan yang lalu memerintah senat untuk menyelidiki manajemen krisis Bolsonaro. Perintah itu keluar setelah puluhan senator menandatangani permintaan penyelidikan. Permintaan tersebut disetujui karena dukungannya lebih dari batas minimal, yaitu 27 senator.
Sayang, Pemimpin Senat Rodrigo Pacheco menolak permintaan Barroso. Alasannya, itu tidak bisa dilakukan karena pandemi. MA akhirnya menggelar voting untuk menguatkan putusan Barroso. Hasil voting Rabu (14/4) adalah 10 orang hakim mendukung dan hanya satu yang menolak. Kini Komite Penyelidikan Parlemen (CPI) akan memulai pengusutan Bolsonaro.
’’Rasa putus asa dengan pandemi cenderung naik karena kematian terus meningkat. Masalah ekonomi juga jauh dari penyelesaian. Di saat bersamaan, pemerintahan Bolsonaro tengah berjuang di senat terkait ABPN tahun depan.
Situasinya tidak mendukung Bolsonaro,’’ tegas Carlos Melo, profesor ilmu politik di Insper University, Sao Paulo, seperti dikutip The Washington Post.
Bagi Bolsonaro, penyelidikan senat adalah pukulan. Jika sampai dia terbukti salah, itu akan menjadi batu rintangan baginya untuk mencalonkan lagi tahun depan. Terlebih, saingan terberatnya, mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, bisa kembali berpolitik. Salah satu hakim sudah memutuskan bahwa dia dihukum secara tidak adil. Hakim itu mengembalikan hak berpolitik Da Silva.
Berbanding terbalik dengan Brasil, Selandia Baru justru sudah bisa mengendalikan angka penularan di negaranya. Negara yang dipimpin Jacinda Ardern itu menjadi contoh nyata bagaimana menangani pandemi dan mempertahankannya. Sejak pandemi, hanya ada 25 kematian di Negeri Kiwi tersebut. Saat ini pun kasus baru hanya dua orang saja.
Mulai kemarin (15/4), pemerintah menguji coba aplikasi pendeteksi Covid-19 yang diberi nama elarm. Aplikasi yang dikembangkan oleh Datamine itu bisa dikoneksikan dengan jam tangan pintar serta fitness trackers. Aplikasi tersebut mampu mendeteksi apakah seseorang sudah tertular Covid-19 atau tidak. Deteksi itu setidaknya tiga hari sebelum seseorang menunjukkan gejala seperti demam, sesak napas, serta batuk. Akurasinya diklaim mencapai 90 persen. Itu adalah aplikasi pendeteksi Covid-19 pertama di dunia.