Drakor Sepak Bola Indonesia
TURNAMEN pramusim Piala Menpora sudah memasuki babak semifinal. Sejak bergulir 21 Maret yang lalu turnamen diikuti 17 tim Liga 1 (kecuali Persipura Jayapura), Piala Menpora menyedot atensi yang sangat besar dari penonton sepak bola tanah air. Drama tidak hanya terjadi selama 90 menit maupun dalam pelaksanaan adu penalti di lapangan, tetapi juga di luar lapangan.
Beberapa hari terakhir, lahirlah drakor di sepak bola Indonesia. Bukan drakor yang berarti drama Korea, melainkan drama komentator. Drakor sepak bola itu melibatkan komentator sepak bola Valentino Simanjuntak dan warganet.
Tensi drakor itu memanas ketika dalam beberapa pertandingan terakhir Piala Menpora warganet merasa keberatan atas deretan kalimat yang dilontarkan Valent –sapaan Valentino Simanjuntak– di dunia maya. Warganet Indonesia beramai-ramai mengungkapkan unek-unek hingga kata-kata kasar di akun media sosial Valent. Pria 38 tahun tersebut dianggap berlebihan saat mengomentari jalannya pertandingan.
Tak hanya membombardir akun medsos Valent, warganet juga membuat gerakan massal untuk menyenyapkan televisi mereka saat Valent bertugas. Valent lantas meladeni warganet yang merundung dirinya di dunia maya. Melalui akun media sosialnya, Valent menuntut beberapa akun untuk meminta maaf kepadanya dalam periode tertentu.
Valent bahkan siap bertindak lebih jauh daripada sekadar ramai di dunia maya. Dia tak segan menjerat pelaku perundungan dengan UU ITE dan melaporkannya kepada pihak berwajib.
Nah, relasi buruk Valent dengan warganet Indonesia sebetulnya bukan sekali ini saja. Beberapa tahun terakhir, keluhan akan berondongan kalimat Valent sebagai komentator sudah sering terdengar.
Sementara itu, dalam wawancara di beberapa media, Valent menyatakan tidak asbun atau asal bunyi saat menjadi komentator. Ada data statistik yang diramu dengan pengetahuannya di dunia sepak bola yang disajikan kepada penonton.
Warganet menuntut Valent agar ’’wajar’’ ketika memandu pertandingan. Di sisi lain, Valent dengan segala kontroversinya ternyata disukai industri. Alhasil, drakor yang melibatkan Valent dan warganet itu terus berlanjut selama beberapa tahun belakangan. (*)