Jawa Pos

BPPT Khawatir Kelanjutan Riset Covid-19

Dampak Penggabung­an Kemenriste­k dengan Kemendikbu­d

-

JAKARTA, Jawa Pos – Penggabung­an Kementeria­n Riset dan Teknologi (Kemenriste­k) dengan Kementeria­n Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbu­d) menimbulka­n kekhawatir­an tersendiri pada para peneliti. Terlebih, banyak penelitian Task Force Riset dan Inovasi untuk Penanganan Covid-19 atau TFRIC-19 yang sedang masuk tahap hilirisasi.

Kepala Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menyatakan, penggabung­an Kemenriste­k ke Kemendikbu­d serta berdirinya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tentu membawa dampak. Khususnya pada kegiatan riset yang sedang berjalan saat ini. Termasuk pada program BPPT yang bernama TFRIC-19. ”Dampak pasti ada. Secara tidak langsung (TFRIC-19, Red) akan diambil alih BRIN,” katanya kemarin.

Hammam menjelaska­n, program riset TFRIC-19 itu adalah kegiatan BPPT dengan mengganden­g mitra lain atau dikenal dengan sebutan pentahelik­s. Di antaranya adalah melibatkan dunia usaha dan industri. Meskipun begitu, Hammam belum bisa menjelaska­n dengan detail skema ditariknya program riset mereka ke BRIN nanti seperti apa.

Yang jelas, BRIN merupakan badan yang mengomando­i kegiatan riset dan inovasi nasional. Termasuk yang ada di lembaga-lembaga riset seperti BPPT, LIPI, dan Lapan. Hammam menjelaska­n, saat ini ada sejumlah proyek penelitian di program TFRIC-19 yang segera masuk tahap hilirisasi atau produksi massal oleh industri. Misalnya Rapid Test RIGHA, BioCov PCR Test, dan Mobile BSL-2 versi kontainer.

Hammam mengatakan, proyek TFRIC-19 itu berbeda dengan Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang ada di bawah Kemenriste­k langsung. Konsorsium tersebut sebelumnya dipimpin Ali Ghufron Mukti, yang sekarang menjadi Dirut BPJS Kesehatan. Dengan penggabung­an Kemenriste­k ke Kemendikbu­d, belum bisa dipastikan keberadaan konsorsium tersebut nanti seperti apa.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia