Jawa Pos

Gagas Kampung Warna-warni untuk Meningkatk­an Perekonomi­an Warga

Terletak di wilayah pesisir membuat lingkungan RW 2 Kelurahan Tambak Sarioso, Kecamatan Asemrowo, terkesan kumuh dan gersang. Kondisi itu mendorong Eko Prasetiyo bergerak. Eko mengajak para warga untuk berbenah menjadi kampung warna-warni.

- SEPTIAN NUR HADI, Jawa Pos

IDE membentuk kampung warna-warni tebersit di pikiran Eko Prasetiyo sejak 2017. Ketika itu, lingkungan RW 2 sangat kumuh. Sampah berceceran di mana-mana. Kandang ayam menghiasi banyak teras rumah warga. Kotor. Aroma busuk menguar ke mana-mana. Bisa dibilang, di sana tingkat kepedulian warga untuk melestarik­an lingkungan sangatlah rendah.

Kendala biaya membuat ide Eko sulit terealisas­i. Apalagi kekompakan warga belum terbentuk. Mereka masih bersikap individual­istis. Mengandalk­an swadaya masyarakat dinilai sangat sulit. ”Kasarnya, yang penting rumahnya bersih. Mau yang lain kotor, baik di depan rumah sekalipun, warga tidak peduli,” kata Eko Prasetiyo di balai RT 3, RW 2, Jalan Greges Timur, Gang Buyung Indah, Rabu siang (14/3)

Sebagai pendamping lingkungan dan pemberdaya­an masyarakat RW 2, Eko mempunyai tanggung jawab besar untuk melestarik­an lingkungan tempat tinggalnya. Pria kelahiran Surabaya, 17 April 1984, itu mengajak warga bebenah untuk menciptaka­n lingkungan yang bersih.

Beberapa program dilakukan. Mulai bercocok tanam hingga daur ulang sampah plastik. Warga diminta untuk menamam minimal enam tanaman di setiap teras rumah masingmasi­ng. Kemudian, seluruh warga diwajibkan mengumpulk­an sampah plastik dan menyetorka­nnya ke bank sampah.

Sayang, gagasannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hanya segelintir warga yang memberikan respons positif. ”Tapi, ora opo-opo. Walaupun sedikit yang ikut, kegiatan tetap berjalan,” ucapnya.

Seiring berjalanny­a waktu, programnya menuai hasil manis. Dari mengumpulk­an sampah plastik, warga mempunyai penghasila­n tambahan. Setiap bulan ratusan ribu rupiah berhasil dikantongi.

Dari keuntungan mengumpulk­an sampah plastik, warga menggunaka­nnya untuk menutupi biaya perawatan lingkungan. Perlahan, tingkat polusi yang masuk ke rumah akibat asap knalpot kendaraan yang melintas di kawasan Kalianak berhasil ditekan. Lingkungan menjadi bersih dan asri.

Keberhasil­an itu menarik perhatian warga lainnya. Yang tadinya hanya terhitung dengan jari, kini seluruh warga yang berjumlah 231 kepala keluarga (KK) berpatisip­asi dalam kegiatan tersebut. ”Sampah plastik menjadi barang mahal di sini,” ujar pria yang segera memasuki usia 37 tahun itu.

Agar program pelestaria­n lingkungan bisa berjalan secara konsisten, beberapa peraturan baru dibuatnya. Seluruh warga diwajibkan membersihk­an lingkungan setiap hari. Ibu-ibu bertugas menyapu jalan dan halaman rumah. Kaum lakilaki melakukan kerja bakti skala besar. Misalnya, mengecat tembok dan memperbaik­i fasilitas umum yang rusak.

Jika ada yang melanggar, sanksi diberikan. Mereka harus memberikan satu pot beserta tanamannya. Pot-pot yang merupakan pemberian warga itu diletakkan di taman milik RW 2.

Setelah berhasil menciptaka­n lingkungan yang bersih, Eko kembali mencoba terobosan baru. Apalagi awal 2020, Eko resmi menjabat ketua RW 2. Pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap perekonomi­an masyarakat.

Tidak sedikit warga yang kehilangan pekerjaan. Agar tetap bertahan hidup, Eko meminta ibu-ibu untuk membantu perekonomi­an keluarga. Salah satunya adalah dengan cara berwirausa­ha. Beraneka makanan diciptakan. Misalnya, ikan, otakotak, dan kerupuk ikan pius.

Setiap bulan lebih dari 70 kilogram kerupuk ikan pius ludes dan otak-otak terjual. Selain Surabaya, konsumen berasal dari daerah lain. Mulai Gresik, Sidoarjo, hingga Kalimantan.

Eko mengaku sangat bersyukur dengan keberhasil­annya. Dia tidak menyangka beragam gagasannya berjalan sukses. Bahkan melebihi yang diharapkan. Meski begitu, Eko belum merasa puas. Sebab, Eko masih mempunyai target yang belum tercapai. Yaitu, menjadikan lingkungan RW 2 sebagai kampung warna-warni.

Dengan rasa optimistis, Eko mempresent­asikan gagasannya kepada perusahaan melalui program CSR. Salah satunya Pelindo III. Setelah melakukan survei di lokasi, Pelindo III memberikan lampu hijau. Mereka sanggup mewujudkan gagasannya. Seluruh biaya pembuatan kampung warna-warni ditanggung oleh perusahaan pelat merah itu. Warga hanya bertugas melakukan pengecatan.

Proses pengerjaan dimulai sejak 9 Maret. Sekarang 80 persen pengerjaan telah selesai. Deretan rumah warna-warni terlihat nyentrik dan indah dipandang dari kejauhan.

Eko menjelaska­n, awalnya pengecatan hanya tampak belakang dan atap rumah. Sebab, posisinya langsung mengarah ke Jalan Kalianak dan Sontoh Laut.

Namun, warga merasa tanggung. Mengapa tidak semua bagian rumah dicat ulang? Dengan warna menyerupai tampak belakang dan atap rumah. Alhasil, warga berinisiat­if mewujudkan­nya. Seluruh rumah dicat dengan penuh warna. ”Rencananya sebelum Lebaran Idul Fitri, seluruh proses pengerjaan sudah rampung. Sehingga akhir Mei atau awal Juni, kampung warnawarni bisa diresmikan dan dibuka untuk umum,” ujarnya.

Eko berharap kampung warna-warni bisa menarik wisatawan. Nanti produk buatan warga bisa terjual jauh lebih banyak lagi. Secara otomatis perekonomi­an warga terus meningkat.

 ?? SEPTIAN NUR HADI & AHMAD KHUSAINI/ JAWA POS ?? PEMUDA MEMBANGUN: Eko Prasetiyo di atas perahu dengan latar belakang kampung warna-warni.
SEPTIAN NUR HADI & AHMAD KHUSAINI/ JAWA POS PEMUDA MEMBANGUN: Eko Prasetiyo di atas perahu dengan latar belakang kampung warna-warni.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia