Jawa Pos

Setelah 400 Hari, Tak Ada Lagi Karantina

Australia dan Selandia Baru Sambut TransTasma­n Bubble

-

AUCKLAND, Jawa Pos – ”Saya tidak bisa tidur semalaman.” Kalimat itu meluncur dari bibir Nirali Johal ketika dia berada di Bandara Internasio­nal Sydney kemarin (19/4). Untuk kali pertama sejak pandemi, dia bisa terbang dan menemui kekasihnya yang berada di Selandia Baru.

Mereka sudah hampir dua tahun tidak bersua. Johal tak bisa menahan rasa bahagianya. ”Kami senang ini terjadi dan kami bisa hidup normal kembali,” ujarnya seperti dikutip BBC.

Kemarin Australia dan Selandia Baru secara resmi memberlaku­kan travel bubble. Mereka menyebutny­a dengan transTasma­n bubble. Penerbanga­n antara dua negara dibuka dan penumpangn­ya tidak perlu melakukan karantina.

Australia dan Selandia Baru selama ini menutup perbatasan­nya. Penerbanga­n hanya dibuka untuk warga negara masing-masing yang mau pulang. Itu pun harus dikarantin­a lebih dulu. Sebelum berangkat dikarantin­a 14 hari, begitu tiba di tujuan juga masih dikarantin­a lagi dua pekan dan harus lolos tes Covid-19. Syarat ketat itu membuat orang enggan melakukan perjalanan. Kini semua aturan ketat tersebut berakhir.

Penerbanga­n pertama transTasma­n bubble adalah dari Sydney menuju Auckland dengan pesawat Jetstar A320. Pesawat itu terbang sekitar pukul 06.15. Sebagian penumpang rela berkemah di luar bandara karena begitu antusias serta tak mau ketinggala­n. Mereka sudah berada di lokasi sejak pukul 02.00, meski bandara belum buka.

”Ini adalah kali pertama dalam 400 hari orang-orang bisa melakukan perjalanan tanpa karantina,” ujar CEO Qantas Alan Joyce. Qantas bahkan menambah 16 rute penerbanga­n dari Selandia Baru ke Australia dan semuanya penuh. Qantas meningkatk­an penerbanga­n antar dua negara hingga sekitar 200 penerbanga­n dalam sepekan. Sedangkan Air New Zealand menambah penerbanga­nnya hingga empat kali lipat.

Begitu tiba di Bandara Auckland, Selandia Baru, mereka disambut bak selebriti. Bukan hanya pihak keluarga yang menjemput, melainkan juga ratusan jurnalis dari media cetak maupun elektronik.

Tawa dan tangis bercampur menjadi satu ketika para penumpang itu bertemu dengan orang-orang tersayangn­ya setelah terpisah setahun terakhir. ”Selandia Baru mengucapka­n selamat datang dan silakan menikmati,” ujar Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.

Sebelum pandemi, warga Negeri Kanguru adalah sumber terbesar turis internasio­nal di Selandia Baru. Ada sekitar 1,5 juta kedatangan pada 2019. Itu setara dengan 40 persen total turis asing. Itu menyumbang sekitar NZD 2,7 miliar (Rp 28,18 triliun) pada perekonomi­an Negeri Kiwi.

Di sisi lain, pelancong dari Selandia Baru menyumbang 1,3 juta kedatangan di Australia di tahun yang sama. Mereka berkontrib­usi sekitar AUD 2,6 miliar (Rp29,35 triliun) pada perekonomi­an Australia. Travel bubble ini diharapkan bisa meningkatk­an perekonomi­an kedua negara.

Kontras dengan Australia, India justru mengalami hal sebaliknya. Kasus di negara itu terus meroket meski angka vaksinasi sudah tinggi. India adalah salah satu negara produsen vaksin terbesar di dunia. Usaha India menghalang­i ekspor vaksin agar kebutuhan dalam negeri terpenuhi tidak mampu membendung angka penularan. Hal ini akibat mayoritas pendudukny­a tidak taat protokol kesehatan.

Ibu kota India, New Delhi, terpaksa menerapkan lockdown selama sepekan. Hampir seluruh rumah sakit di kota tersebut sudah penuh dan persediaan oksigen menipis.

 ?? MARTY MELVILLE/AFP ?? AKHIRNYA JUMPA: Seorang wanita (kanan) menyambut keluarga yang tiba dengan penerbanga­n pertama dari Sydney di Wellington kemarin. Australia dan Selandia Baru resmi membuka travel bubble perjalanan bebas karantina.
MARTY MELVILLE/AFP AKHIRNYA JUMPA: Seorang wanita (kanan) menyambut keluarga yang tiba dengan penerbanga­n pertama dari Sydney di Wellington kemarin. Australia dan Selandia Baru resmi membuka travel bubble perjalanan bebas karantina.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia