Segerakan Reshuffle
Reshuffle kabinet pasti terjadi. Setidaknya karena adanya penggabungan Kemenristek dengan Kemendikbud. Berarti, harus ada menteri yang pergi, setidaknya dari salah satu kementerian yang digabung. Bambang Brodjonegoro dengan humble sudah pamit dari posisi Menristek.
Kalau Nadiem Makarim? Melihat kondisi pendidikan nasional, dia layak diganti. Kerjanya dalam melayani pendidikan nasional selama pandemi jelas tidak optimal. Bahkan ”tidak terasa”. Padahal, pandemi Covid-19 semestinya jadi momentum menunjukkan kehebatannya memanfaatkan teknologi digital.
Itu sesuai dengan anggapan dia ditunjuk sebagai Mendikbud. Ternyata, pendidikan nasional sejak pandemi seperti ”tak ada” menterinya. Layak bila Nadiem di-reshuffle dengan figur yang lebih berpengalaman di dunia pendidikan nasional.
Terlebih, bebannya kini ditambah dengan riset dan teknologi. Tak perlu lagi ”pertaruhan” dilanjutkan karena dunia pendidikan kita sudah kehilangan banyak momen.
Pos yang layak diduduki orang baru adalah kepala staf kepresidenan (KSP). Setelah apa yang terjadi terhadap Partai Demokrat, Moeldoko layak diberi keleluasaan untuk berpolitik. Misalnya, dia akan membangun partai untuk kontestasi 2024. Jangan sampai terbebani tugas di kabinet.
Kalau mau me-reshuffle pos-pos lain, pertimbangan utama semestinya profesionalitas. Sebab, pemerintahan Jokowi tinggal 3,5 tahun. Kalau kocok kabinet masih banyak pertimbangan politis, minus profesionalitas, diragukan akan mampu mengangkat pamor pemerintahan. Bagaimanapun, belum ada legasi yang gampang diingat setelah 6,5 tahun Jokowi berkuasa. Mungkin legasi jalanjalan tol baru, tapi itu pun banyak yang rugi.
Maka, reshuffle kali ini perlu mengutamakan profesionalitas. Dengan begitu, bisa mentransfer kredo ”kerja, kerja, kerja” menjadi ”kinerja, kinerja, kinerja”. Kerja belum tentu berhasil maksimal, kalau kinerja jelas mewujudkan sesuatu yang konkret dan ”terasa” bagi rakyat banyak.
Kurangi dosis politicking. Selesaikan tantangan kian keras. Yang kelihatan jelas adalah pengangguran dan kemiskinan makin banyak, defisit (tekor) membukit, utang negara kian menggajah, dan pertumbuhan makin terseok. Untuk itu, agar tak bikin gaduh dan sentimen negatif, segerakan reshuffle. Agar tim kabinet bisa segera bekerja dengan pasti. Tak perlu menunggu Rabu Pon yang baru akan datang bulan depan.