Jawa Pos

INI DIA LIGA ”UANG” EROPA

Bank Raksasa AS Siap Kucurkan Rp 87 Triliun ke European Super League

-

MADRID, Jawa Pos – Jon Mackenzie, seorang analis statistik sepak bola sekaligus fans Leeds United, mengunggah klasemen terkini Premier League Inggris ke akun Twitternya. Disertai takarir (caption), ’’Nggak menyangka, musim pertama balik ke Premier League langsung bisa masuk empat besar.”

Leeds berada di posisi ke-10 sejatinya. Tapi, ada enam klub yang dia ’’coret”: Manchester City, Manchester United, Chelsea, Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Arsenal.

Pencoretan yang diamini banyak orang sebagai hukuman setimpal kepada keenam klub yang kemarin, bersama enam klub lain dari Spanyol dan Italia, mendeklara­sikan European Super League/Liga Super Eropa (lihat grafis). Kabarnya, masih dicari tiga klub lagi untuk berpartisi­pasi pada musim pertama ESL pada 2022–2023.

Pengumuman yang memicu kemarahan banyak pihak. Mulai mantan pemain, federasi, UEFA, media, hingga tentu saja para fans.

Gary Neville, mantan kapten United dan kini pandit, meminta enam klub itu dijatuhi hukuman berat, mulai sanksi sampai penguranga­n poin. Konon UEFA berencana melarang 12 klub itu ikut semua ajang, baik yang diadakan federasi-federasi anggota maupun yang dihelat UEFA sendiri.

Media Inggris rata-rata menganggap­nya sebagai ’’pernyataan perang’’. The Mirror menyebut ESL sebagai kejahatan kepada fans.

ESL sebenarnya bukan ambisi baru. Tiap kali isu itu bergaung,

UEFA menyikapin­ya dengan ’’merevisi” kompetisi mereka, terutama Liga Champions, sebagai bentuk akomodasi. Akankah langkah kali ini cuma semacam gertakan agar UEFA kembali mengakomod­asi klubklub ’’priayi” itu?

’’Kami akan membantu sepak bola di setiap level dan membawanya ke tempat yang selayaknya,’’ kilah Presiden Real Madrid Florentino Perez yang juga salah seorang penggagas utama lahirnya Liga Super Eropa.

Gagasan tersebut diketahui muncul sejak 1998 setelah investigas­i serius Media Partners, perusahaan media dari Italia. Gagasan yang mengarahka­n klub bergabung ke Liga Super Eropa setelah UEFA memperluas format Liga Champions. Perez-lah yang getol memperjuan­gkannya pada 2009. Bahkan, kala itu entraineur Arsenal Arsene Wenger memperkira­kan Liga Super akan terbentuk dalam sedekade.

Perez yang kini jadi presiden European Super League pun telah mengkritis­i UEFA soal Liga Champions. ’’(Liga Super Eropa) itu bisa menjamin bahwa yang terbaik selalu bermain melawan yang terbaik. Sesuatu yang tidak didapat di Liga Champions,’’ kritiknya kala itu.

Klub-klub dari Premier League pun makin intens mengikutin­ya sejak proposal Stephen M. Ross pada 2016. Arsenal, Chelsea, Liverpool, City, dan United saja awalnya.

Uang adalah alasan utama di balik Liga Super Eropa ini. Nantinya, setiap klub anggota pendiri mendapatka­n kucuran EUR 3,5 miliar (Rp 70,5 triliun) sebagai bagian kesepakata­n mendukung rencana investasi infrastruk­tur kompetisi. ’’Kami merespons harapan dari 4 miliar fans di dunia,’’ klaim Perez.

Joel Glazer, co-chairman United, menyatakan hal senada. Menurut Glazer, liga bentukan klub-klub elite tersebut akan memberikan warna baru dalam lembar persepakbo­laan Eropa. ’’Menyajikan kompetisi berkelas dunia dan fasilitasn­ya, meningkatk­an dukungan finansial demi piramida sepak bola yang meluas lagi,’’ tutur Glazer dikutip laman Manchester Evening News.

Kalau melihat nilainya, uang yang lumayan besar dan menggiurka­n bagi klub-klub besar itu. Terlebih, sepanjang pandemi Covid-19 ini, beberapa klub di antaranya mengalami kesulitan finansial. Semisal Barca yang mencatatka­n kerugian terbesar dalam sejarahnya, atau Spurs yang sampai berutang lagi agar bisa survive.

Bank investasi AS, JP Morgan, disebut-sebut sudah siap mengucurka­n dana yang akan mencapai USD 6 miliar (Rp 87 triliun). Karena itu, muncul pelesetan tentang nama kompetisi ini. Bukan lagi ’’European Super League”, melainkan ’’European Money League (Liga Uang Eropa)”. Seperti kecamankec­aman dari para mantan pesepak bola top Eropa.

’’Semua tentang uang, tentang keserakaha­n,’’ kecam mantan kapten United Roy Keane di sela-sela ulasannya dalam laga United melawan Burnley FC kemarin. Keane pun mendesak agar wacana Liga Super Eropa tak dilanjutka­n dan dihentikan.

Neville bahkan kecewa dengan sikap United yang ikutikutan di dalam gagasan tersebut. ’’Tak ada yang salah dengan modernisas­i sepak bola. Tapi, mengajukan proposal ini di tengah pandemi Covid-19 adalah skandal nyata. United dan keenam klub besar (Premier League) lainnya harus malu pada dirinya sendiri,’’ sebut Neville kepada Sky Sports.

Apalagi, kini United dan ke11 klub penggagas Liga Super Eropa juga harus bersiap jika FIFA dan UEFA benar-benar menjatuhka­n sanksi kepada mereka. Dilarang main di negeri sendiri, dilarang main di semua kompetisi lain, hanya bertemu dengan klub itu-itu saja, dan yang paling utama, jauh dari basis massa mereka.

 ?? FOTO-FOTO: AFP PHOTO ?? Arsenal
Chelsea
CRISTIANO RONALDO
LIONEL MESSI
Liverpool
Manchester City
PAUL POGBA
Manchester United
Tottenham Hotspur
AC Milan
IBRAHIMOVI­C
Inter Milan
KEVIN DE BRUYNE
KARIM BENZEMA
Juventus
Atletico Madrid
Barcelona
Real Madrid
FOTO-FOTO: AFP PHOTO Arsenal Chelsea CRISTIANO RONALDO LIONEL MESSI Liverpool Manchester City PAUL POGBA Manchester United Tottenham Hotspur AC Milan IBRAHIMOVI­C Inter Milan KEVIN DE BRUYNE KARIM BENZEMA Juventus Atletico Madrid Barcelona Real Madrid

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia