Jawa Pos

Kinerja Ekspor Impresif, Ekonomi Membaik

Lahirkan 500 Ribu Eksportir Baru sampai 2030

-

JAKARTA, Jawa Pos – Sinyal pemulihan ekonomi nasional menguat tahun ini. Salah satu indikatorn­ya adalah kinerja ekspor yang membaik. Hal tersebut langsung memicu perbaikan ekonomi dalam negeri dan belanja fiskal.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa ekspor Indonesia per Maret lalu mencapai USD 18,35 miliar (sekitar Rp 266,25 triliun). Raihan itu tercatat naik 30,74 persen jika dibandingk­an dengan periode yang sama tahun lalu.

’’Ini menunjukka­n bahwa kondisi perekonomi­an kita mampu untuk terus meningkatk­an produk-produk nonmigas yang bisa menembus pasar dunia,’’ ujarnya kemarin (20/4).

Raihan itu juga membuat neraca perdaganga­n Maret 2021 surplus sebesar USD 1,57 miliar atau setara dengan Rp 22,7 triliun. Jumlah itu lebih tinggi jika dibandingk­an dengan periode yang sama tahun lalu. Ketika itu, capaian surplusnya berkisar USD 570 juta (sekitar

Rp 8,26 triliun).

Ani, sapaan Sri Mulyani, mengatakan bahwa kinerja ekspor yang baik itu adalah wujud keberhasil­an ekosistem ekspor nasional. Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), menurut dia, juga punya peran penting dalam meningkatk­an ekspor.

Lebih lanjut, mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut menjelaska­n bahwa kinerja ekspor yang membaik itu bukan hanya kerja keras satu pihak. Selain pemerintah, private sector berperan penting.

Ani meramalkan bahwa dalam jangka waktu sembilan tahun, akan lahir 500 ribu eksportir baru. Tepatnya, pada 2030 mendatang. ’’Saya optimistis,’’ tegasnya.

Terpisah, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutka­n adanya perbaikan

ekonomi domestik. Sebab, kinerja ekspor dan belanja fiskal juga membaik. Menurut dia, kinerja ekspor masih akan membaik dan bahkan lebih bagus daripada proyeksi awal tahun. Optimisme itu muncul dari kinerja komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), bijih logam, pulp and waste paper, kendaraan bermotor, dan besi baja.

’’Peningkata­n ekspor tersebut ditopang kenaikan permintaan dari negara mitra dagang utama. Khususnya Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok,” kata Perry seusai rapat dewan gubernur BI kemarin.

Secara spasial, lanjut dia, kinerja ekspor yang membaik terjadi di Pulau Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Bersamaan dengan itu, stimulus fiskal pemerintah dalam bentuk bantuan sosial, belanja barang, dan belanja modal juga terus meningkat.

Namun, perbaikan konsumsi swasta masih terbatas. Itu tecermin dari indikator penjualan eceran dan ekspektasi konsumen sampai Maret 2021 yang cenderung terbatas. BI memperkira­kan, penjualan eceran masih akan turun 17,1 persen year-on-year (YoY). Sementara itu, indeks ekspektasi kondisi ekonomi berada pada level 114,1.

Itu sejalan dengan masih terbatasny­a mobilitas masyarakat di tengah upaya pemerintah untuk mengaksele­rasi vaksinasi nasional. ’’Dengan perkembang­an tersebut, Bank Indonesia memperkira­kan pertumbuha­n ekonomi Indonesia 2021 secara keseluruha­n berada pada kisaran 4,1 sampai 5,1 persen,” urai Perry.

Pria asal Sukoharjo tersebut meyakini bahwa perbaikan ekonomi domestik akan terus berlanjut. Sebab, kinerja sektor industri pengolahan meningkat dan berada dalam fase ekspansif pada triwulan I 2021. Itu terlihat pada Prompt Manufactur­ing Index Bank Indonesia (PMI-BI) yang sebesar 50,01 persen. Angka tersebut meningkat dari 47,29 persen pada triwulan IV 2020.

Tren positif itu diyakini berlanjut ke triwulan II 2021. Dengan demikian, permintaan domestik akan membaik lebih cepat. Asalkan, dibarengi dengan implementa­si vaksinasi dan disiplin protokol Covid-19 dalam masyarakat.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia