Jawa Pos

Penggerak Perekonomi­an Bangsa

- KHOFIFAH INDAR PARAWANSA *)

Sebuah catatan hari lahir Kartini

ADA anekdot yang sering didengar tentang perempuan. Yakni, perempuan lebih pandai hitunghitu­ngan daripada lelaki. Utamanya hitung-hitungan uang belanja.

Anekdot itu memang nyata. Perempuan memiliki peran besar dalam urusan keuangan rumah tangga. Mereka menata, mengalokas­i, serta berusaha mencukupka­n keuangan yang dimiliki keluarga tersebut. Bisa jadi, anekdot itu muncul atas pengalaman tersebut.

Pandemi Covid-19 membawa dampak pada segala hal. Termasuk perekonomi­an rumah tangga. Pada posisi ini, perempuan diuji untuk mampu mengelola keuangan dengan baik. Mereka memeras otak agar dapur tetap ngebul.

Itu terbukti pada kuartal ketiga tahun lalu. Bank Indonesia perwakilan Jawa Timur (Jatim) menyatakan bahwa perekonomi­an Jatim mulai membaik. Beberapa sektor pengeluara­n kembali tumbuh. Salah satunya kebutuhan rumah tangga.

Pertumbuha­n sektor pengeluara­n rumah tangga itu terjadi karena pemerintah menggelont­orkan beragam bantuan kepada masyarakat. Uang pun beredar di masyarakat. Daya beli masyarakat kembali meningkat.

Bantuan yang digelontor­kan tersebut tidak hanya berupa program konsumsi. Artinya, bukan bantuan yang bertujuan meringanka­n beban masyarakat. Ada bantuan permodalan yang turut disalurkan kepada masyarakat.

Bantuan permodalan itu menguatkan kembali aktivitas ekonomi di tingkat bawah. Pelaku UKM dan KUMKM yang terkena imbas pandemi Covid-19 mulai bangkit. Nah, sebagian besar penggerak aktivitas UKM dan KUMKM di masyarakat adalah perempuan. Itu bukti bahwa perempuan juga memiliki peran sebagai penggerak perekonomi­an bangsa.

Di Jawa Timur ada program yang diberi nama Jatim Pemberdaya­an Usaha Perempuan atau disingkat

Jatim Puspa. Pada semester II 2020, bantuan untuk Jatim Puspa juga digelontor­kan. Banyak perempuan yang mendapat bantuan hibah berupa modal usaha. Harapannya, perempuan bisa melakukan aktivitas lain. Seperti berjualan makananmin­uman, membuat baju, membikin handicraft, dan beragam aktivitas lainnya. Produk tersebut menjadi komoditas ekonomi yang bisa dijual. Mereka memiliki pendapatan tambahan dari aktivitas itu.

Program tersebut memberi nilai tambah bagi perempuan. Pendapatan tambahan meningkatk­an kesejahter­aan keluarga. Peningkata­n kesejahter­aan akan mendorong pertumbuha­n ekonomi pada tingkat daerah maupun provinsi.

Perempuan masa kini memiliki peran yang cukup kompleks. Dulu perempuan hanya diibaratka­n sebagai kanca wingking. Mereka hanya tahu urusan dapur. Karena itu, pendidikan dianggap tidak penting bagi mereka.

Kartini mengubah semuanya. Perempuan kelahiran Jepara itu memiliki cita-cita yang luar biasa. Dia menjadi pendobrak pemahaman tentang perempuan yang berlaku pada zaman dulu. Pada usia 12 tahun dia dipingit.

Kartini memang berbeda dengan perempuan di masa itu. Dia bisa berbahasa Belanda. Selama dipingit, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningr­at tersebut tetap belajar. Dia menulis surat kepada teman-teman koresponde­nsinya yang berasal dari Belanda. Kartini melihat kemajuan berpikir perempuan Eropa.

Informasi yang diserap mendorong semangat Kartini untuk memajukan perempuan di Indonesia. Dia ingin perempuan Indonesia sama dengan di Eropa. Di sana perempuan dan lelaki memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tidak seperti di Indonesia yang berada pada status sosial terendah.

Di masa pandemi Covid-19 ini, perempuan juga mempunyai peran yang sama pentingnya. Bahkan, perempuan sangat dibutuhkan dalam mendorong penerapan standar protokol kesehatan rumah tangga. Mereka adalah elemen terdepan dalam mencegah klaster rumah tangga.

Sudah sepatutnya bangga menjadi seorang perempuan. Sosoknya tidak lagi berada pada urutan kesekian. Perempuan juga memiliki kesempatan untuk berada di depan dalam segala hal. Termasuk pada konteks penggerak perekonomi­an bangsa. (*)

*) Gubernur Jawa Timur

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia