Jawa Pos

Blusukan Gowes sambil Tinjau Kondisi Perkampung­an Warga

-

Sekaligus menyerap aspirasi warga selama masa pandemi ini. ’’Tidak harus formal. Justru caracara ini lebih mengena untuk dialog dengan warga,’’ ujarnya.

Sebelum puasa, Cak Ji sering berhenti di tempat-tempat tertentu. Tujuannya mengajak sarapan para ojol dan warga yang lalu-lalang. Tidak lupa, Cak Ji juga membagikan masker. Itu dilakukan secara spontan tanpa direncanak­an saat berangkat dari rumah dinas. ’’Makan ya di pinggir jalan. Bareng-bareng,’’ imbuhnya, lalu tertawa.

Dia bertekad bahwa gowes ke kantor setiap Jumat menjadi kebiasaan selama dirinya menjabat. Dia ingin menularkan kebiasaan baik itu di lingkungan Pemkot Surabaya. Yaitu, para kepala dinas dan jajaran di bawah. Dia menyatakan, gowes tidak hanya menyehatka­n. Tapi, juga bermanfaat bagi abdi negara yang rentan dengan tekanan pikiran karena pekerjaan. ’’Yang pasti, bersepeda sangat baik untuk mencegah stres,’’ ujar Cak Ji, lantas tertawa.

Tidak hanya Jumat pagi. Orang nomor dua di lingkungan Pemkot Surabaya itu juga punya kebiasaan unik. Yaitu, blusukan keluar masuk kampung dengan cara gowes. Biasanya, itu dilakukan saat hari libur. Bukan apa-apa. Dia ingin memastikan kondisi permukiman warga setempat. Mulai mengecek kondisi paving jalan hingga drainase. Apakah masih layak atau tidak.

Nah, saat bersepeda itu, banyak warga yang mengenalin­ya meski mengenakan masker. Mau tidak mau, dia berhenti untuk sekadar melayani foto bersama. ’’Padahal, tujuan saya hanya ingin mengecek kondisi kampung. Tapi, lamalama warga tahu juga,’’ tuturnya.

Armudji menuturkan, dirinya sudah lama tergila-gila dengan sepeda. Itu dimulai sekitar tahun 2000. Saat itu, dia mendirikan komunitas bernama Sepeda Jelajah Wisata Jawa Timur (Sejawat). Anggotanya tersebar di seantero Jatim.

Banyak juga yang dari kalangan anggota legislatif. Sebab, saat itu Cak Ji menjabat anggota DPRD Kota Surabaya.

Setiap tiga bulan mereka keliling gowes. Tempatnya pindahpind­ah dari satu daerah ke daerah yang lain. Tujuan utamanya saling mempromosi­kan potensi wisata di kabupaten/kota masingmasi­ng. ’’Jadi, kita sering keluar masuk hutan,’’ ujarnya.

Kala itu, dia juga tergabung dalam komunitas Sepeda Jelajah Nusantara (SJN). Hingga 2010-an Cak Ji kerap bersepeda hingga ke luar daerah. Sejumlah daerah pernah dijajakiny­a. Di Provinsi NTB, misalnya, dia pernah bersepeda mengelilin­gi Pulau Lombok dan Sumbawa.

Cak Ji juga pernah menjajal Toraja, Sulawesi Selatan.

Puas main sepeda gunung, Cak Ji beralih ke road bike. Dia pun kerap kali menjajaki mulusnya aspal di luar negeri. Karena setiap kali kunjungan ke luar negeri, dirinya selalu membawa sepeda. Beberapa negara yang pernah dijajaki Cak Ji adalah Rusia, Inggris, Prancis, Jerman, Kroasia, Hungaria, Spanyol, dan Denmark. ’’Biasanya, kita gowes pada musim summer,’’ tuturnya.

Dengan hobi bersepeda itulah, dia mengoleksi sejumlah sepeda. Untuk road bike, misalnya, dia mengoleksi merek Wilier, Time, Colnago, dan Polygon. Untuk jenis MTB atau sepeda gunung, ada Scott, Rocky Mountain, dan

Polygon. Semuanya jenis sepeda karbon. Ringan tetapi kuat. Kekuatan karbon lima kali lipat dari baja. Meski begitu, karbon jauh lebih ringan dari baja. Sehingga carbon fiber atau serat karbon dikenal sangat ideal untuk manufaktur sepeda.

Cak Ji punya alasan tersendiri soal kecintaann­ya terhadap sepeda. Melalui gowes, kata dia, seseorang gampang mencari teman. Sesama pesepeda di jalanan punya solidarita­s yang sama.

Bersepeda, lanjut dia, melatih konsentras­i. Juga melatih kesabaran dan mental. Kalau dalam satu rombongan ada yang tertinggal, seorang penggowes akan berupaya keras agar bisa gabung lagi ke rombongan. Tidak gampang putus asa. ’’Jangan sampai kita berhenti. Lalu, sepeda dinaikkan mobil. Ya jangan seperti itu,’’ ujarnya, kembali tertawa.

Menurut pria 55 tahun itu, filosofi bersepeda sama dengan meniti karier. Seorang penggowes sangat suka dengan tanjakan. Begitu juga perjalanan karier seseorang. Jika ingin terus berkembang, harus siap menerima tantangan. Harus terus menanjak meski susah dan berat. ’’Filosofi itulah yang saya pakai dalam bekerja. Kalau fisik kita kuat, kita akan sampai di tempat tujuan. Meskipun pelan,’’ tegas mantan ketua DPRD Kota Surabaya itu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia