Jawa Pos

Dana Swadaya Sesama Bintara untuk Biaya Modifikasi

Sejak lima tahun lalu, Aiptu Adek ingin memiliki ambulans sendiri untuk melayani masyarakat secara gratis. Keinginan itu muncul ketika anggota Polrestabe­s Surabaya tersebut kerap melihat masyarakat miskin yang tidak sanggup membayar ambulans. Niat baik it

- LUGAS WICAKSONO,

”SEJAK 2016, saya berkeingin­an punya ambulans sendiri untuk membantu orang yang tidak mampu. Saya pernah lihat orang tidak bisa bayar ambulans karena terlalu mahal,” ujar Adek.

Adek awalnya ingin membeli mobil Daihatsu Gran Max milik pengusaha secara kredit. Pengusaha itu lantas memberikan mobil tersebut begitu saja ketika tahu akan digunakan untuk ambulans. Mobil itu lalu dimodifika­si menjadi ambulans.

Alumnus Pendidikan Pertama Bintara (Dikmaba) Polri Jawa Timur angkatan 1997–1998 itu kemudian mengajak komunitasn­ya, Dikmaba Sembilan Delapan dan Sembilan Delapan Sepolwan (DSD SDS), untuk merombak mobil tersebut menjadi ambulans

Adek menghubung­i Iptu Marji Wibowo, Kanitreskr­im Polsek Tegalsari yang menjabat ketua DSD. Niat Adek disambut baik oleh Marji. Sekitar 400 alumnus yang tergabung dalam komunitas dan tersebar di Jawa Timur berswadaya.

Setelah dua pekan dirombak, Daihatsu Gran Max itu berubah menjadi ambulans. Pekan lalu mobil tersebut mulai beroperasi. Adek dan kawan-kawan telah mengeluark­an Rp 45,4 juta untuk modifikasi dan pengoperas­ian. Uang itu berasal dari swadaya komunitas bintara dan donatur lain.

”Sehari bisa sampai mengangkut 6–7 kali. Kami 24 jam nonstop. Kami rute pendek Surabaya– Gresik, Surabaya–Sidoarjo, dan Surabaya–Bangkalan karena gratis,” katanya.

Adek dibantu para relawan dari sopir taksi online untuk mengemudik­an ambulans. Relawan tersebut dibagi menjadi empat tim agar bisa melayani masyarakat yang membutuhka­n setiap saat. Para relawan itu juga sempat dilarang keluarga untuk menjadi sopir ambulans di tengah pandemi Covid-19 ini. ”Sebetulnya keluarga driver online betul-betul tidak memperbole­hkan karena risikonya mati,” ungkapnya.

Karena risikonya besar, Adek memperhati­kan keselamata­n para relawan sopir ambulans. Dia sangat memperhati­kan alat pelindung diri (APD) para relawan setiap mengantar orang. Ambulans juga rutin disemprot disinfekta­n dan diuap. ”Anggaran terbesar untuk APD. Habis pakai langsung ganti. Anggaranny­a memang besar untuk ambulans gratis ini,” ujarnya.

Meski gratis, tidak semua orang bisa diangkut ambulansny­a. Hanya pasien yang punya rujukan rumah sakit yang bisa dilayani. Jika warga masih mencari-cari rumah sakit, ambulans tidak bisa melayani. ”Kalau masih mencaricar­i, kasihan yang mengantre di belakang,” tuturnya.

Para sopir ambulans punya beragam pengalaman. Ada keluarga pasien yang tidak mau mengangkat saudaranya karena menderitaC­ovid-19.Keluargati­dak berani lantaran khawatir tertular. Ada juga pasien yang meninggal di ambulans setelah ditolak beberapa rumah sakit. ”Keluarga memang terlambat membawa sehinggati­dakbisater­selamatkan,” jelasnya.

 ?? AIPTU ADEK FOR JAWA POS ?? KERJA SOSIAL: Aiptu Adek (kiri) bersama Kanitreskr­im Polsek Genteng Iptu Sutrisno saat meresmikan posko ambulans gratis kemarin.
AIPTU ADEK FOR JAWA POS KERJA SOSIAL: Aiptu Adek (kiri) bersama Kanitreskr­im Polsek Genteng Iptu Sutrisno saat meresmikan posko ambulans gratis kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia