Jawa Pos

Pantang Menyerah Menekuni Bidang Pendidikan

-

ANAK muda Indonesia kembali mencetak prestasi membanggak­an dengan masuk daftar Forbes 30 Under 30 Asia. Kali ini Zetizen berkesempa­tan untuk mengobrol dengan Ifandi Khainur Rahim, salah satu nominasi Forbes 30 Under 30 Asia 2021 di bidang social

impact. Yuk, kita simak perjalanan Ifandi dalam berkarya di dunia pendidikan dan membangun

start-up Satu Persen!

”Satu Persen dimulai ketika aku melihat di Indonesia benchmark

test seperti PISA itu hasilnya nggak setinggi skor di negara lain. Hal ini bisa terjadi karena banyak hal yang menurutku penting, tapi kurang diajarkan di sekolah dan juga berkaitan dengan produktivi­tas masyarakat. Nah, Satu Persen hadir untuk menyelesai­kan masalah itu,” jelas Ifandi. Meski ada beberapa

life school yang bisa mengatasi permasalah­an tersebut, life school yang ada di Indonesia belum mencapai reach yang sesuai.

Nilai-nilai yang dibawa Satu Persen, antara lain, identity aware,

active problem solver, dan growth mindset. Ifandi berharap, setiap konten YouTube, mentoring, dan konseling bisa membantu masyarakat untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka. Kegiatan Satu Persen sendiri meliputi isu mental

health, sesi konseling one-on-one, konten, dan event.

”Kalau bicara tentang berkarya di dunia pendidikan, sebenarnya sudah aku mulai dari BEM, Satu Persen, Belajar Seutuhnya, ILMPI, dan kegiatan lainnya. Kecintaank­u sama dunia pendidikan yang mendorongk­u sampai sekarang,” tutur ketua BEM Fakultas Psikologi UI 2018 itu. Ifandi sendiri pernah mengajar sejarah aliran psikologi selama tiga tahun sewaktu berkuliah dulu.

Sejak mahasiswa, Ifandi memang punya tujuan yang jelas untuk mencari pengalaman sebanyakba­nyakya. Bahkan, dia pernah mengikuti 10-12 kepanitiaa­n tiap semesterny­a, loh! Eittss, itu semua nggak bikin Ifandi menurunkan prioritasn­ya dalam belajar. ”Intinya adalah menyeimban­gkan pendidikan dengan tetap serius belajar, banyak bergaul dan

networking, dan pastinya have fun serta tidur yang cukup,” tambahnya.

Tidak ada usaha yang mulus tanpa hambatan, begitu pula dengan apa yang dialami Ifandi. Merantau dari Bandung, sempat menunggak uang kuliah karena sang ayah stroke, menganggur ketika merintis start-up, hingga awalnya Satu Persen gagal dan dia harus kembali magang. Namun, semua itu nggak bikin Ifandi menyerah mengerjaka­n hal yang dia sukai. Menurut Ifandi, yang paling penting dalam menghadapi tantangan adalah mengenal diri sendiri dan mengetahui kelebihan serta kekurangan. Alih-alih menyalahka­n keadaan, jadilah problem solver dan yakin kalau kamu bisa berkembang 1 persen setiap harinya.

”Jujur, aku nggak pernah kepikiran akan menerima award ini. Dapat award atau nggak itu bukan nilai penentu dari apa yang kita kerjakan. Think less about the awards, think

more about your metric. Metrik yang diukur adalah keberhasil­an dari suatu bisnis itu. Satu Persen sendiri mengukur dalam hal revenue. Karena dalam revenue ada social impact juga sebaliknya,” ungkap Ifandi. Cukup fokus dan berikan yang terbaik di setiap karya kamu.

”Ada satu quote yang bilang kalau banyak orang itu belum ‘hidup’. Hidup di sini maknanya adalah menghidupi hal-hal yang disukai. Jadi, aku ingin temanteman bisa melakukan apa yang kalian sukai dan memberi dampak buat lingkungan sekitar kalian,” pesan Ifandi untuk anak muda Indonesia. Semangat berkarya, ya!

 ??  ??
 ?? FOTO-FOTO: IFANDI KHAINUR RAHIM FOR ZETIZEN ??
FOTO-FOTO: IFANDI KHAINUR RAHIM FOR ZETIZEN
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia