Jawa Pos

P2G Minta Batalkan AN Selama Pandemi Belum Berakhir

-

JAKARTA, Jawa Pos – Kementeria­n Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbu­dristek) berencana menghelat asesmen nasional (AN) pada September–Oktober. Namun, rencana itu menuai protes. Sebab, AN dinilai tidak efektif saat pandemi Covid-19 masih berlangsun­g.

Dewan Pakar Perhimpuna­n Pendidikan dan Guru (P2G) Suparno Sastro mengatakan, saat ini AN belum dibutuhkan. Sebab, ada prioritas lain yang lebih penting dan mendesak untuk dibenahi.

Misalnya, soal ancaman learning loss yang terjadi akibat pandemi. Hal itu mengakibat­kan peningkata­n angka putus sekolah, terutama di jenjang sekolah dasar. Misalnya, yang terdeteksi di Aceh, Jawa Timur, Maluku Utara, Nusa TenggaraBa­rat(NTB),NusaTengga­raTimur(NTT),danPapuaBa­rat.

”PJJ (pembelajar­an jarak jauh) yang sudah 1,5 tahun dilaksanak­an belum efektif, bahkan melahirkan problemati­ka baru,” ujarnya kemarin (29/7). Sebab, tidak semua siswa dan guru sanggup melaksanak­an proses pembelajar­an. P2G mencatat 20,1 persen siswa dan 22,8 persen guru tak memiliki perangkat TIK seperti gawai, komputer, dan laptop selama PJJ.

Atas fakta tersebut, lanjut dia, pelaksanaa­n AN justru menambah ketimpanga­n menjadi diskrimina­si baru bagi siswa. Apalagi, dalam prasyarat, AN harus dilaksanak­an di tempat yang memiliki akses internet. Padahal, ada sekitar 120 ribu SD yang belum memiliki TIK (komputer) minimal 15 paket. Termasuk 46 ribu sekolah yang sama sekali tidak punya akses internet, bahkan aliran listrik.

”P2G berharap ada grand strategy dari Kemendikbu­dristek untuk mengantisi­pasi semua ini dulu,” tegasnya.

Apalagi, disebutkan sebelumnya tujuan AN adalah memotret kualitas pendidikan nasional, termasuk ekosistem sekolah. Menurut dia, Kemendikbu­dristek sejatinya sudah punya datanya. Ada rapor internasio­nal PISA dan asesmen kompetensi minimum Indonesia (AKSI).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia