RI Kedatangan Ribuan Kontainer Ekspor
Mendag: Perlu 1.000 Unit Per Minggu untuk Semua Sektor
JAKARTA – Persoalan kelangkaan kontainer masih terus terjadi. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebutkan bahwa persoalan tersebut ikut menjadi hambatan kinerja ekspor-impor.
Lutfi menjelaskan, kelangkaan kontainer itu merupakan imbas dari perang dagang di pasar internasional antara Amerika Serikat (AS)-Tiongkok yang berlangsung selama pandemi Covid-19. Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga telah melakukan pertemuan bersama Kadin dan asosiasi logistik serta para pelaku usaha lainnya.
Hal itu diharapkan bisa membantu pelaku usaha untuk mendapat kontainer. Dengan mempertemukan pembawa kontainer dengan yang membutuhkan, itu akan menciptakan komitmen baru untuk memenuhi kebutuhan yang ada.
’’Contohnya, kontainer furnitur, kami sudah bisa mendapatkan komitmen baru bahwa akan ada suplai 800– 1.000 kontainer per bulan,’’ ujarnya saat konferensi pers virtual kemarin (30/9).
Untuk industri furnitur itu, akan dilakukan ekspor ke New York, Los Angeles, Savannah, Baltimore, dan Florida. Lutfi menambahkan, untuk industri makanan dan minuman, main line operator (MLO) akan membantu memenuhi 3.500–3.800 peti kemas per bulan ke negara tujuan ekspor seperti ASEAN, Tiongkok, Korea Selatan, Hongkong, Jepang, Pakistan, Rusia, Eropa, benua Afrika, Amerika Utara, dan Timur Tengah. ’’Memang, berdasar perhitungan, kita perlu 1.000 kontainer per minggu untuk semua sektor,’’ jelasnya.
Mantan Dubes RI untuk AS itu menyebutkan, apabila kelangkaan kontainer tidak segera dibereskan, RI tidak bisa memanfaatkan order dalam jumlah besar yang masuk.
Kemendag, lanjut Lutfi, telah membangun layanan supply demand peti kemas yang terintegrasi dengan INATRADE untuk menyediakan data kontainer bagi eksportir, data suplai kontainer, dan validasi stakeholder (eksportir, agen pelayanan, dan agen depo kontainer).
Sebelumnya, persoalan kelangkaan kontainer itu sempat menjadi sorotan Presiden Joko Widodo. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, dalam pertemuan di istana kepresidenan pada bulan lalu, Jokowi ingin persoalan itu bisa diurai. Sebab, kelangkaan kontainer memicu kenaikan biaya logistik. ’’Bapak Presiden meminta logistik ini dikaji secara mendalam karena
kenaikan logistik, termasuk kontainer, ini juga merupakan level global akibat dari pandemi Covid-19 di mana jumlah kapal yang beredar berkurang,’’ tuturnya.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi memproyeksikan bahwa situasi tersebut akan berangsurangsur pulih pada tahun depan. ’’Kelangkaan kontainer yang dialami negara-negara di dunia diperkirakan mulai berkurang hingga akhir 2022. Indonesia termasuk negara yang dinilai paling siap menghadapi persoalan tersebut karena tidak mengalami lockdown dalam mengatasi pandemi,’’ ujarnya.