Tampilkan Kisah Rencana Pentas Seni
SURABAYA – Dua laki-laki yang mengenakan seragam SMA berbincang santai. ”Lek kepingin dieling penonton pas nyanyi, stik e mik kekno tulisan,” kata seorang di antara mereka. ”Tulisan opo?” tanya teman di sebelahnya. ”Positif korona,” jawabnya. ”Yo lek ngono gak mek dieling penonton, dieling pegawai puskesmas pisan,” ujar remaja itu.
Dialog tersebut mengawali pementasan Dageline yang bertajuk Malam Perpisahan. Pertunjukan itu terinspirasi dari ludruk. Para pemainnya adalah kelompok ludruk asal Surabaya, Marsudi Laras. Mereka mengangkat kisah remaja SMA yang akan mengadakan pentas seni untuk kelulusan sekolah. Pentas itu diunggah di kanal YouTube
Cak Durasim Sabtu (25/9).
Pertunjukan tersebut berlangsung selama 30 menit dengan satu babak. Pemainnya terdiri atas empat orang. Perinciannya, dua pemeran siswa SMA, satu guru, dan satu artis.
Mereka tampil total dengan mengenakan kostum yang menunjukkan peran mereka. Cerita dimulai dari obrolan dua siswa yang merencanakan penampilan pada malam perpisahan. Ada yang ingin menyanyi, menari, dan lain-lain. Lalu, sang guru datang untuk memberi saran. Namun, saran tersebut dianggap aneh oleh siswanya. Guru itu juga telah memanggil seorang artis sebagai bintang tamu.
Hartatok, sutradara sekaligus penulis naskah, lantas menjelaskan maksud cerita tersebut. Menurut dia, pertunjukan itu membawa pesan tentang menggali potensi siswa di bidang seni. Sebab, seni sering kali dikesampingkan. ”Potensi anak-anak harus diwadahi dan dikembangkan sejak dini, khususnya di bidang seni,” tutur pria yang akrab disapa Tatok tersebut.