Jawa Pos

Terkenang Makan Bersama Usai Latihan Perkompak Tim

- MARLEV MARIO MAINAKY FOR JAWA POS

Piala Thomas dan Uber mulai bergulir kemarin (9/10) di Aarhus, Denmark. Kali terakhir Indonesia membawa pulang Piala Thomas pada 2002, hampir dua dekade lalu. Adalah Marlev Mario Mainaky salah satu atlet yang turut membawa pulang piala bergengsi untuk turnamen badminton beregu itu. Jawa Pos ngobrol kenanganke­nangan Marlev pada dunia bulu tangkis di sela kesibukann­ya di perusahaan pertambang­an.

Halo, Kak Marlev. Apa kabar?

Halo. Puji Tuhan saya dalam keadaan sehat.

Apa saja kesibukan saat ini?

Puji Tuhan bulan ini ada tawaran pekerjaan baru dari sebuah perusahaan.

Tapi, apakah masih aktif di badminton?

Iya, masih. Tapi, lebih melatih anak sendiri. Kadang bantu di PB Puma di Tangerang. Itu kan ada Rionny (Mainaky) dan istrinya yang melatih. Saya di Cibubur, agak jauh ya. Lalu, masih jadi binpres di PBSI Depok. Lebih aktif di sana.

Masih mengikuti pertanding­an badminton teman-teman pelatnas?

Oh, iya tentu. Kalau ada siaran langsung di televisi, saya suka nonton. Apalagi kemarin Piala Sudirman dan pekan ini ada Piala Thomas dan Uber. Momen yang mengingatk­an akan kebersamaa­n kami dulu.

Kak Marlev tercatat tiga kali memenangka­n Piala Thomas pada 1998, 2000, dan 2002. Apa yang masih teringat dari kenangan masa itu?

Saya tiga kali bergabung dengan tim dan semuanya juara. Itu merupakan momen yang sangat membanggak­an, baik bagi pemain maupun pelatih. Dalam perbedaan itu, kami bisa kompak jadi satu dan membawa pulang (Piala Thomas) ke Indonesia. Apalagi saat edisi 1998 yang waktu itu ada kerusuhan. Gelar itu membawa semangat buat masyarakat dan menguatkan kita semua. Saya rasa energinya akan sama jika tahun ini kita mendapatka­n gelar tersebut.

Apa hal yang paling berat untuk bisa menjuarai kejuaraan beregu?

Faktor mental yang paling penting. Saat harus jadi posisi penentu, baik sebagai tunggal pertama maupun tunggal ketiga. Saya pernah menjadi tunggal pertama dan ketiga. Kalau kalah, itu berdampak pada tim.

Sudah hampir dua dekade kita belum berhasil menjuarai Piala Thomas lagi. Menurut Kak Marlev, faktor apa yang membuat hal itu terjadi?

Setelah jadi pemain, saya sempat bergabung di pelatnas sebagai pelatih dari 2007 sampai 2012. Saya lihat (pemain) sekarang lebih individual. Mungkin pengaruh dari media sosial juga ya. Selesai latihan, mereka ke kamar masing-masing. Zaman saya dulu, setelah latihan, kami sering makan bareng. Ini secara nggak langsung bisa berpengaru­h ke support tim di lapangan.

Apa kunci agar Piala Thomas bisa kembali ke Indonesia lagi?

Harus ada kesatuan hati dan kebersamaa­n dalam tim untuk membangun

teamwork. Dulu saat 1994– 2002 saya di pelatnas, setahun sebelum kejuaraan sudah disiapkan dalam sebuah tim. Mulai latihan sampai hal-hal di luar latihan. Jadi, saat pertanding­an, kebersamaa­n itu sudah terjadi dengan sendirinya.

Bagaimana prediksi terhadap skuad saat ini?

Cukup berpotensi. Ada pemain ganda yang bagus. Kunci di tunggal putra pertama dan kedua. Kalau dilihat penampilan Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie saat Piala Sudirman 2021 lalu, mereka menurun ya. Apalagi tunggal ada tiga pertanding­an. Mungkin dari PBSI bisa cari cara untuk membangkit­kan mental mereka lagi.

Apa harapan Kak Marlev untuk Piala Thomas tahun ini?

Kita sudah cukup lama belum merasakan lagi Piala Thomas. Saya berharap tim saat ini bisa meraihnya lagi. Gelar ini akan sangat berarti buat Indonesia. Terutama untuk sektor tunggal. Saya berharap mereka bisa menyumbang poin.

 ?? ??
 ?? PETER PARKS/AFP ?? LEGENDA HIDUP: Marlev Mario Mainaky pada pertanding­an semifinal Thomas Cup yang dia menangkan melawan pebulu tangkis Kennth Jonassen dari Denmark di Guangzhou, Mei 2002. Kiri, Marlev saat berada di kantornya di sebuah perusahaan pertambang­an di Makassar.
PETER PARKS/AFP LEGENDA HIDUP: Marlev Mario Mainaky pada pertanding­an semifinal Thomas Cup yang dia menangkan melawan pebulu tangkis Kennth Jonassen dari Denmark di Guangzhou, Mei 2002. Kiri, Marlev saat berada di kantornya di sebuah perusahaan pertambang­an di Makassar.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia