Perawat Positif Diminta Bekerja
Akibat Lonjakan Kasus Covid-19 di Australia
SYDNEY – Dampak penularan masif Omicron mulai terasa di New South Wales (NSW), Australia. Fasilitas kesehatan kekurangan tenaga medis karena banyaknya yang harus isolasi. Totalnya mencapai 2.500 orang. Pada saat bersamaan, pasien Covid-19 terus berdatangan dan okupansi rumah sakit melonjak tajam.
The Guardian melaporkan bahwa sebagian besar rumah sakit dan klinik kini meminta agar stafnya yang tengah isolasi untuk kembali bekerja. Terutama para perawat. Para perawat itu menerima panggilan tidak resmi secara verbal yang intinya meminta mereka agar bertugas. Sebab meski positif, mereka tidak bergejala. Selama di rumah sakit pun mereka akan memakai APD.
Namun, kebijakan itu membuat perawat lain yang sehat menjadi waswas. Terlebih tidak semua perawat yang positif tersebut dipekerjakan di bangsal pasien Covid-19. Banyak di antaranya yang bertugas di bangsal umum dan merawat pasien non-Covid-19. Sejatinya, hal itu melanggar protokol kesehatan. Staf medis yang positif tetap wajib isolasi mandiri. Mereka tidak boleh bekerja sampai batas waktu yang ditentukan atau hingga negatif.
”Ini seperti sirkus saja,” ujar salah seorang perawat non-Covid-19 yang tak mau namanya diungkap. Dia mengungkapkan bahwa tak semua perawat Covid-19 yang bekerja kembali itu tanpa gejala. Beberapa di antaranya menunjukkan gejala yang jelas seperti bersin dan batuk.
Selain itu, pihak RS berencana mengambil perawat dari luar negeri. Mereka juga memberikan insentif lebih agar para perawat membatalkan cutinya dan tetap bekerja. Jika setuju, mereka akan mendapatkan insentif harian USD 250 (Rp 3,6 juta). Distrik kesehatan lokal (LHD) di wilayah barat NSW bahkan menawarkan USD 823 (Rp 11,8 juta) per pekan di luar gaji bagi perawat yang mau tetap bekerja sepanjang Januari.
Sekjen Asosiasi Perawat dan Bidan NSW Brett Holmes bereaksi. Dia menuding pemerintah terlalu optimistis atas sistem kesehatan di wilayah tersebut. Sebab, Perdana Menteri (PM) NSW Dominic Perrottet mengklaim hal tersebut. PM Australia Scott Morrison juga mendukung dengan menyatakan bahwa sistem kesehatan di negaranya bisa mengatasi Omicron dan varian lainnya.
”Laporan adanya perawat positif Covid-19 yang diminta bekerja menunjukkan tingkat keputusasaan yang kita alami dalam sistem kesehatan,” terang Holmes. Dia juga menegaskan bahwa itu bisa membuat banyak orang berisiko tertular, terutama pada pasien nonCovid-19 yang berisiko tinggi seperti lansia. Dia menentang hal tersebut. Meski begitu, Holmes juga memaparkan bahwa kebijakan serupa pernah diterapkan di Eropa dan Amerika Serikat ketika pandemi mencapai puncaknya tahun lalu.
Tiongkok juga tengah berjibaku untuk menekan angka penularan Covid-19. Setelah Xi’an, giliran Kota Yuzhou di Provinsi Henan yang dikuntara. Kota berpenduduk 1,17 juta jiwa tersebut lockdown mulai Senin (3/1) malam. Itu hanya karena ditemukan 3 kasus positif Covid-19 tanpa gejala. Pusat perbelanjaan, museum, dan tempat-tempat yang dikunjungi turis sudah ditutup. Layanan bus dan taksi juga dihentikan.
Kemarin (4/1) ada 175 kasus baru di Tiongkok dan 5 di antaranya di Henan.
Sejatinya jika dibandingkan dengan negara lain, angka tersebut termasuk kecil. Tapi bagi Tiongkok yang mengadopsi kebijakan nol penularan, itu adalah kasus penularan tertinggi sejak Maret tahun lalu.
Cile Vaksinasi Satwa
Kebun Binatang Kebun Binatang Buin di Santiago, Cile, memvaksin sebagian penghuninya. Bukan petugas, melainkan binatang yang ada di sana. Yaitu, harimau Bengal bernama Charly, orang utan Borneo bernama Sandai, dan 8 binatang lainnya. Mereka termasuk golongan spesies yang berisiko tinggi tertular Covid-19.
Vaksinasi dilakukan tidak hanya untuk melindungi para binatang tersebut. Tapi, sekaligus sebagai eksperimen guna mengetahui daya lindung vaksin Covid-19 untuk binatang. Vaksin yang tengah dikembangkan itu belum dijual bebas. ”Ini untuk menguji apakah vaksinnya bisa mengembangkan kekebalan. Jika iya, berapa lama (perlindungannya)?” tegas Kepala Departemen Kedokteran Hewan di Buin Zoo Sebastian Celis. Cile menjadi negara pertama di Amerika Latin yang memvaksin penghuni kebun binatang.