Imbau Seluruh RS Siapkan Ruang Isolasi
Edaran Persi Jatim setelah Masuknya Omicron
SURABAYA – Masuknya varian baru Omicron di Jatim membuat seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan pandemi Covid-19 kembali siaga 1. Tak terkecuali rumah sakit (RS) di seluruh provinsi ini.
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jatim baru saja melayangkan surat edaran ke RS. Surat itu berisi imbauan tentang teknis penanganan pasien Covid-19. Khususnya setelah varian Omicron ditemukan di Jatim.
Dalam edaran tersebut, salah satu yang menjadi atensi adalah persiapan ruang khusus untuk menangani pasien Covid-19, terutama ruang isolasi khusus. ”Saat ini yang terpenting adalah RS harus menyiapkan ruangan itu,” kata Ketua Persi Jatim Soebandi Hendro Soelistijono.
Selain itu, Persi mengimbau RS agar tidak terburu-buru mengubah ruang yang dulu dipakai untuk isolasi khusus pasien Covid-19 menjadi ruang umum. Jadi, jika sewaktu-waktu ada pasien Covid-19 yang dirujuk, rumah sakit siap menampung pasien dan memberikan penanganan.
Penyediaan ruang khusus itu disertai penataan jalur. Setiap RS diminta memisahkan jalur masuk ruang isolasi dan pelayanan umum.
Tujuannya, mencegah tersebarnya virus dan mempermudah RS dalam menangani pasien.
Persi Jatim juga meminta seluruh RS kembali menyiapkan fasilitas maupun obat-obat penunjang bagi pasien Covid-19. Misalnya, oksigen, APD, masker, dan obat antivirus. ”Semuanya harus disiapkan,” ujarnya.
Soebandi menyatakan, prosedur ini penting dilakukan untuk mengantisipasi potensi penularan varian Omicron. Apalagi, saat ini jumlah warga yang datang ke rumah sakit untuk berobat kembali tinggi. Berbeda dengan situasi puncak pandemi pada pertengahan 2021. Warga dibuat enggan berobat ke RS.
Setelah menurunnya situasi pandemi Covid-19, sebagian RS di Jatim kembali menjadikan ruang-ruang isolasi sebagai ruang untuk pasien umum. Bukan hanya itu, jumlah tenaga kesehatan juga mulai dikurangi.
Seperti di Ponorogo, pemkab setempat sengaja memutus kontrak 67 relawan yang selama ini bertugas di RSUD dr Harjono. Mereka terdiri atas perawat, petugas pemulasaraan jenazah, pengemudi ambulans, dan tenaga administrasi.
”Terhitung per 31 Desember 2021, tidak lagi tersedia anggaran untuk membayar honorarium mereka,” jelas Kasubbaghumas dan Publikasi RSUD dr Harjono Sayudi Joko Handoko kemarin (4/1).
Setiap relawan berhak atas honorarium Rp 3 juta sehingga dibutuhkan anggaran Rp 201 juta per bulan. Peran 67 relawan itu begitu krusial di Ruang Asoka, tempat isolasi pasien Covid-19, ketika kasus aktif melonjak dulu.