Jawa Pos

Stunting Harus Turun 2,7 Persen Per Tahun

-

JAKARTA

– Pemerintah berambisi menurunkan angka stunting (kurang gizi) yang kini 24,4 persen menjadi 14 persen pada 2024. Presiden Joko Widodo meminta Badan Kependuduk­an dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadi pelaksana percepatan penurunan angka stunting nasional.

BKKBN diminta memastikan intervensi­intervensi yang dilakukan agar penurunan stunting tepat sasaran. ’’Pada prinsipnya, arahan Bapak Presiden memang kita harus fokus,” ujar Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.

Hasto menyampaik­an, terdapat dua jenis intervensi yang bisa dilakukan untuk percepatan penurunan stunting. Yaitu, intervensi sensitif dan spesifik. Intervensi spesifik berkaitan dengan penyebab langsung stunting di sektor kesehatan. Sementara itu, intervensi sensitif berhubunga­n dengan penyebab tidak langsung. ’’Pak Menteri Kesehatan juga menyampaik­an, (intervensi sensitif, Red) ini 70 persen pengaruhny­a,’’ katanya.

Penyebab tidak langsung tersebut, antara lain, kondisi air dan lingkungan, tingkat kemiskinan, dan pendidikan. ’’Itu adalah faktor-faktor yang sifatnya sensitif,” terang dia.

Hasto menambahka­n, penguatan intervensi sensitif di sisi hulu harus sejalan dengan penguatan intervensi spesifik di sisi hilir. ’’Faktor spesifikny­a ini juga dikuatkan karena kalau dari proporsi anggaran yang ada, memang masih butuh dukungan untuk hal-hal yang sifatnya kuratif,” ujarnya.

Intervensi spesifik ditujukan kepada ibu sebelum masa kehamilan atau remaja putri dan anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Hasto mengapresi­asi langkahlan­gkah strategis yang telah dirancang Kementeria­n Kesehatan untuk melakukan berbagai intervensi spesifik itu. ”Termasuk pemberian ASI, makanan tambahan, imunisasi, dan sebagainya,” ucapnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, agar target pemerintah menurunkan stunting pada 2024 tercapai, harus ada penurunan 2,7 persen per tahun. Untuk mencapai target itu, harus ada kerja keras dari seluruh pihak. ”Kemenkes konsentras­i di intervensi yang spesifik,” kata Budi. Intervensi tersebut memiliki bobot 30 persen jika dibandingk­an dengan intervensi sensitif.

Lebih lanjut, dia memaparkan, angka bayi yang lahir dengan stunting cukup signifikan. Yakni, 23 persen. Untuk itu, perlu intervensi sebelum kelahiran. Termasuk pada calon ibu. Sedangkan stunting pascalahir biasanya meningkat pada usia 6‒23 bulan. ”Begitu ASI selesai, lalu diberi makanan tambahan, di situ yang kadang meleset,” ucap Budi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia