PTM, Orang Tua Bisa Pantau Anak di Ponsel
Renovasi, SMP Barunawati Masih Hybrid
– Pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen dimanfaatkan sebaik mungkin oleh pihak sekolah. Penerapan protokol kesehatan (prokes) dilakukan secara maksimal.
Proses belajar pun diatur sedemikian rupa; terbagi menjadi dua sif, melakukan cek suhu, menerapkan jaga jarak, dan memakai masker.
Tidak hanya itu, beragam sistem dan aturan anyar dibuat untuk menjamin keamanan warga sekolah. SMP Tamiriyah, misalnya. Kemarin (11/1) sebanyak 247 siswa masuk secara bergantian. Yakni, pukul 06.30–09.30. Sementara itu, sif kedua pukul 10.00–13.00.
’’Semua siswa telah divaksin dua kali dan melakukan swab PCR. Alhamdulillah, semuanya negatif Covid-19,’’ kata Kepala SMP Tamiriyah Maulana Ischak kemarin (11/1).
Mereka memanfaatkan PTM 100 persen semaksimal mungkin. Selain menerapkan prokes yang ditentukan Pemkot Surabaya, aturan baru dibuat. Selama di sekolah, sementara siswa beribadah bukan di masjid sekolah dan tidak bercampur dengan orang umum, melainkan di ruangan yang telah disediakan.
Selain itu, sekolah menyediakan dokumentasi berupa foto dan video terkait dengan aktivitas siswa di sekolah. Dokumentasi itu dikirim ke wali murid. Dengan begitu, orang tua dapat mengetahui aktivitas anaknya di sekolah. ’’Meski tidak banyak, masih ada orang tua yang khawatir anaknya belajar di sekolah. Dengan adanya bukti dokumentasi, aktivitas anak bisa selalu termonitor,’’ ujarnya.
Begitu juga yang dilakukan SMPN 5. Kepala SMPN 5 Nanik
Partiyah menyatakan bahwa ada 958 siswa yang mengikuti pembelajaran di kelas. Siswa wajib mengganti masker sebanyak dua kali. Pergantian dilakukan pada saat pulang. Masker diberikan oleh pihak sekolah.
Lalu, untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi siswa dan pengajar, beberapa aturan dan metode anyar dibuat. Misalnya, mengawasi siswa melalui aplikasi Microsoft Teams. Saat PTM terbatas, aplikasi itu digunakan untuk hybrid learning. Namun, sekarang digunakan untuk mengawasi perilaku siswa.
’’Menggunakan smartphone, para orang tua bisa mengetahui aktivitas anak mereka selama di kelas. Sehingga pengawasan bisa lebih maksimal. Lalu, untuk siswa inklusi, kami menyediakan ruangan kreatif. Tujuannya, menghilangkan rasa bosan siswa,’’ ujarnya.
Berbeda dengan SMP Barunawati. Kemarin (11/1) PTM 100 persen belum bisa berjalan. Renovasi bangunan menjadi faktor penyebabnya. Di antara sepuluh ruang kelas, Kepala SMP Barunawati Marina Kurniasari menyatakan bahwa enam kelas tengah direnovasi. Yakni, pergantian atap.
Karena itu, saat ini hanya empat kelas yang bisa digunakan. Renovasi diprediksi memakan waktu hingga dua bulan ke depan. Jika dipaksakan dipakai PTM 100 persen, itu malah membahayakan karena bisa terjadi kerumunan. ’’Terkait dengan ini, kami telah berkoordinasi dengan dinas pendidikan. Sehingga sampai saat ini, kami masih menerapkan PTM terbatas,’’ katanya.