Kurang Wawasan, Dialek Hakka Singkawang Disebut Bahasa Mandarin
JAGAT
medsos gaduh membahas rekaman video amatir yang menunjukkan seorang polisi berbicara dalam bahasa yang bukan bahasa Indonesia. Terdengar asing. Namun, jelas terdengar ada kata-kata mirip bahasa Tiongkok.
Dalam hitungan detik, cuplikan percakapan itu tersebar luas di dunia maya kemarin (12/1). Sayangnya, narasi yang beredar justru memicu sentimen anti-Tionghoa. Disebutkan bahwa anggota Polres Singkawang menggantikan bahasa nasional dengan Mandarin.
’’Selamat datang di IndoChina. Pelan dan pasti. Apapun itu alasannya save muslim8. Aparat Polres Singkawang sudah gunakan Bahasa China. Apa harus begini nasib bangsa kita ini. Bukannya bahasa nasional Indonesia.. malah diganti ’Bahasa Mandarin.’’ Demikian penggalan tulisan pada akun Facebook Rini Ayu Wulandari kemarin (bit. ly/DigantiBahasaMandarin).
Video berdurasi 45 detik itu memperlihatkan sejumlah aparat yang sedang menyampaikan woro-woro. Jika didengar dengan saksama, ada beberapa dialek dengan bahasa Indonesia dalam imbauan tersebut. Sebenarnya, dialek mirip Mandarin tidak terlalu jelas. Juga, tidak mendominasi omongan si personel Polres Singkawang.
Tapi, jika hanya sekilas melihatnya, netizen agak terjebak pada narasi yang dibuat pengunggah konten. Dalam video yang utuh terdengar ada pria yang menjelaskan bahwa polisi menyampaikan imbauan tersebut dengan menggunakan dialek Hakka. Di Singkawang, sebagian besar masyarakatnya memang familier dengan dialek tersebut. Maka, tidak salah jika polisi menggunakannya pula dalam pengumuman yang disampaikan.
Koordinator Indonesia Tionghoa Culture Center (ITCC) Andree Soo membenarkan bahwa bahasa dalam rekaman video itu memang Hakka. ’’Hakka itu bahasa ibu. Bukan Mandarin. Di Tiongkok juga tidak terpakai,’’ jelasnya kepada Jawa Pos tadi malam. Dia menambahkan bahwa Hakka, khususnya di Tiongkok, menempati posisi sebagai bahasa suku minoritas.
’’Jadi, bahasa orang-orang Hakka itu sudah ada sebelum ada bahasa Mandarin. Makanya disebut bahasa ibu. Ilmu pengetahuan ini penting biar tidak terjebak misinformasi,’’ jelasnya.
Situs resmi milik Polri humas. polri.go.id juga mengulas giat anggota Polres Singkawang pada 4 Januari 2022 itu. Kasatbinmas Polres Singkawang Iptu Supiyanto menggunakan mobil penyuluhan binmas dalam melakukan penyuluhan keliling. Sosialisasi disampaikan kepada masyarakat Kota Singkawang dengan menggunakan bahasa Indonesia dan Hakka. Anda dapat membacanya di bit.ly/PakaiHakkadanIndo.
Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara menyebutkan bahwa bahasa orang Hakka hingga kini masih terjaga sebagai bahasa komunikasi warga Tionghoa. Bahasa itu tak hanya digunakan di Singkawang. Tapi juga di Pontianak, Sekadau, Sanggau, Sambas, Sintang, dan Ketapang. Selain Hakka, ada dialek Khek yang digunakan penduduk sebagai bahasa kekerabatan atau untuk berkomunikasi dengan sesama etnis.
Bahkan, masyarakat Dayak di wilayah-wilayah itu juga mahir berbahasa Khek. Nah, jadi jelas kan bahwa bahasa yang dipakai anggota Polres Singkawang itu bukanlah Mandarin? Dan, sama sekali tidak ada ceritanya bahwa aparat yang bersangkutan mengubah bahasa nasional dengan Mandarin. Anda dapat membacanya di bit.ly/MasihLestari.