GNI Targetkan Semua Pameran Bisa Luring di 2022
JAKARTA – Menyambut 2022, Galeri Nasional Indonesia (GNI) masih berkutat pada masalah yang sama dengan tahun lalu. Masih terjadinya pandemi Covid-19 membatasi mobilitas. Akhirnya, agenda pameran pun diselenggarakan dengan cara hybrid. Ada yang luar jaringan (luring). Namun, ada juga yang dalam jaringan (daring).
Kepala GNI Pustanto menjelaskan, pihaknya sejatinya menginginkan seluruh pameran diselenggarakan secara luring. Dengan begitu, pengunjung bisa melihat secara langsung karyakarya yang dipamerkan. ’’(Karena Covid-19) saya nggak bisa bikin target (pengunjung, Red) seperti sebelum pandemi,’’ ujarnya kepada Jawa Pos.
Selama pandemi, khususnya sepanjang 2021, GNI menyesuaikan tata kelola manajemen. Penyesuaian itu memengaruhi berbagai kegiatan dan program. Baik itu kegiatan pameran, edukasi, publikasi, kemitraan, maupun perawatan koleksi yang dipajang di GNI. Semua kegiatan itu dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat guna mencegah penularan Covid-19.
Khusus untuk kunjungan, GNI mau tidak mau harus melakukan pembatasan. Setiap pengunjung juga wajib mematuhi tata tertib kunjungan. Salah satunya, melakukan registrasi secara online. ’’Kita memang memasuki era baru, semuanya harus tertib protokol kesehatan,’’ kata Pustanto.
Dia mengakui bahwa penyelenggaraan pameran daring itu membutuhkan perjuangan. Bukan soal mempersiapkan perangkat dan instrumen virtual, melainkan lebih pada mengubah pola pikir seniman. Menurut Pustanto, tidak semua seniman sepakat jika pameran dilaksanakan secara daring. ’’Karena (pola pikir seniman, Red) menonton pameran itu ya luring,’’ terangnya.
Setelah berkomunikasi dengan para komunitas seniman, kegiatan pameran pada 2021 akhirnya bisa diselenggarakan secara daring. Total ada enam pameran temporer yang digelar secara virtual.
Di antaranya, Pameran Seni Rupa Koleksi Nasional #3 ’’Poros” dan Pameran Seni Rupa dalam Rangka Temu Karya Taman Budaya (TKTB) Se-Indonesia XX
’’Restart”. Ada pula Pameran Seni Rupa Nusantara 2021 ’’Terra (in)
Cognita”, Zaman Peralihan Pameran Lukisan Koleksi GNI dan Museum Seni Ketimuran, Moskow, lalu Pameran Tunggal Setiawan Sabana ’’Kitab: Jagat Kertas dalam Renungan”, dan Pameran Internasional Komunitas Lukis Cat Air Indonesia (Kolcai) 2021
’’Awaken”.
Pameran-pameran tersebut menampilkan total 379 karya dari 308 seniman. Baik dalam maupun luar negeri. Karya itu meliputi patung publik atau monumen, relief, mural, patung, instalasi, seni grafis, fotografi, keramik, video art, dan seni media. ’’Kalau daring, dampaknya memang bisa lebih luas. Yang nonton sudah nggak kenal waktu dan nggak kenal wilayah,’’ ungkap Pustanto.
Pada 2022, GNI akan menggelar pameran temporer seperti sebelumnya. Beberapa agenda pameran sudah dibuat. Di antaranya, Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia Manifesto VIII 2022, Pameran ’’Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak’’, Pameran Tunggal Otty Widasari ’’Partisan”,
dan Pameran Indonesian Women Artist #3 ’’Infusions in to Contemporary Art”.
Tentu, Pustanto berharap semua pameran itu bisa diselenggarakan dengan baik. Dia berjanji, jika wabah Covid-19 bisa dikendalikan, semua pameran akan kembali digelar secara luring seperti semula. Dengan begitu, pengunjung bisa datang ke GNI untuk melihat langsung karya-karya seniman yang dipamerkan. ’’Kalau saya, penginnya total luring,” katanya.
Pada 2022 GNI juga akan bekerja sama dengan pengelola galeri nasional dan museum di sejumlah negara untuk memaksimalkan jangkauan penyelenggaraan pameran. Negara itu, antara lain, Singapura dan Jerman. ’’Kebetulan, kami juga bekerja sama dengan Goethe Institute (Pusat Kebudayaan Jerman di Jakarta),’’ imbuh pria kelahiran Sukoharjo itu.