Disperpusip Jatim Juga Mengalihmediakan Naskah Kuno
mencoba aplikasi dJatim? Coba unduh dari PlayStore untuk ponsel Android. Setelah itu mendaftarlah. Gampang kok. Tanpa berpindah tempat, Anda bisa merasakan sensasi meminjam buku jarak jauh. Aplikasi yang dirancang pada 2018 dan resmi beroperasi setahun setelahnya itu dikembangkan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur (Disperpusip Jatim). Konsep dJatim mirip
iPusnas milik Perpustakaan Nasional. Perpustakaan digital tersebut menawarkan koleksi e-book yang bisa dipinjam maksimal 24 jam. ”Kenapa sebentar? Karena biasanya orang membaca e-book itu memang hanya beberapa menit saja per halaman. Tidak dibaca langsung semuanya (satu buku, Red),” kata Sujarwo, pustakawan Disperpusip Jatim, saat dihubungi Jawa Pos pekan lalu.
Tahun lalu jumlah peminjam di dJatim tercatat 58.905 orang. Sedangkan tingkat keterbacaannya 409.794 kali.
Sujarwo mengatakan bahwa sebagian besar pengunjung dJatim adalah peneliti, dosen, dan mahasiswa. Berdasar tema, e-book yang paling sering diakses adalah yang berkaitan dengan isu ekonomi dan pendidikan. Di samping itu, novel juga jamak dipinjam.
Bukan hanya perpustakaan digital, Disperpusip Jatim turut aktif melakukan pengarsipan dan alih media. Hasilnya pun bisa dibaca para pengunjung. Arsip naskah-naskah kuno dan buku-buku lawas disajikan dalam sebuah komputer layar besar. Naskah-naskah kuno itu biasanya dimiliki
kolektor maupun museummuseum di berbagai daerah. Contohnya naskah Babad Tanah Jawi, kitab mantra suku Tengger yang ditulis pada daun lontar, serta naskah-naskah kuno lainnya yang mengandung nilai sejarah.
Di samping itu, ada pula buku-buku kuno yang usianya di atas 50 tahun. ”Contohnya koleksi bukubuku Balai Pustaka. Itu kami alih mediakan sehingga bisa dibaca secara digital,” ungkap Sujarwo. Sayangnya, koleksi hasil pengarsipan tersebut hanya bisa diakses di kantor Disperpusip Jatim. Khusus koleksi itu tidak bisa diakses dari jarak jauh seperti e-book di dJatim.
Sujarwo menegaskan bahwa perpustakaan digital dan digitalisasi koleksi sangat bermanfaat. Dia sadar para pengelola perpustakaan pun harus cepat tanggap dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat. Generasi muda yang akrab dengan teknologi harus difasilitasi dengan layanan yang mudah dijangkau dan menarik.
”Contohnya koleksi buku-buku Balai Pustaka. Itu kami alih mediakan sehingga bisa dibaca secara digital.” SUJARWO
Pustakawan Disperpusip Jatim